Jakarta, ebcmedia – Pengepul kelapa di Bali, I Wayan Kutia masih terus mengestimasi biaya dan keuntungan dari penjualan batok/tempurung kelapa yang selama ini diolah menjadi briket atau arang, ketimbang dibuang begitu saja sebagai limbah.
Petani bisa mengeringkan batok kelapa di daerahnya sebelum dijual kepada produsen briket arang termasuk yang pabriknya berlokasi di Bogor, Jawa Barat.
“Hitung-hitungan kami belum final. Kalau satu ton (tempurung) dikeringkan, hasilnya berapa? Masih dihitung dan nego dengan produsen (pabrik). Tapi, perkiraan dengan harga (penjualan tempurung) Rp 4.000 per ton sudah mentok. Artinya, harga di bawah itu (Rp 4000) tidak bisa,” Wayan mengatakan kepada Redaksi melalui sambungan telepon.
Pengepul biasanya menimbang dulu kelapa yang basah pada tingkat petani. Kalau untuk produksi arang briket, pengepul harus membakar batok atau tempurung kelapanya. Proses pembakaran juga harus sesuai dengan SOP ( standard operating procedure ).
Estimasi biaya pembelian batok kelapa yang masih belum diolah/dibakar dengan satuan per ton, sampai menghasilkan batok kelapa kering. Perhitungan pembelian dan penjualan (kelapa) yang belum dan sesudah diolah, menentukan harga dan keuntungan.
“Kalau tidak temu (estimasi keuntungan), kami khawatir rugi. Kalau quantity per ton, kami butuh tenaga kerja dalam jumlah banyak, peralatan seperti drum, dan lain sebagainya.”
“ (proses pengeringan) tidak bisa dengan bakar (tempurung) di tanah, karena pecahnya kecil-kecil. Tapi dengan menggunakan drum, (tempurung) masih utuh. Di Blitar, (proses pengeringan) batok dikubur dalam tanah, diselimuti batu bata, lalu bikin lubang-lubang 1-2 meter, ditimbun, bagian atas ditutup,” kata Wayan.
Di tempat berbeda, produsen arang briket di Bogor mengaku ekspornya hanya yang berkualitas premium. Artinya, kualitas briket paling bagus dan sangat cocok digunakan untuk shisha (metode merokok tradisional Timur Tengah).
Produsen juga cenderung ekspor briket untuk shisha, bukan untuk barbeque.
“Kami fokus pada yang paling mahal, (yakni) shisha. Kami tidak fokus barbecue karena harganya hanya 1/3 (sepertiga) dari shisha. Kami tidak beli batok dari pengepul, tapi yang sudah jadi arang. Urusan batok langsung pada petani, pengepulnya,” kata Presdir perusahaan arang briket PT TOM Cococha, Asep Mulyana.*** Liu.