Teten Masduki: Industri Furnitur Lokal Harus Bidik Pasar Ekspor

oleh -776 Dilihat
oleh
banner 468x60

Jakarta, ebcmedia – Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki mendukung industri furniture dan home decor di Indonesia terus memperluas akses pasarnya mengingat Amerika Serikat (AS) dan Eropa yang selama ini menjadi pasar terbesar industri tersebut sedang mengalami resesi ekonomi.

“Dalam beberapa waktu ke depan industri furnitur dan home decor harus membidik pasar alternatif tak hanya Amerika dan Eropa tetapi juga Timur Tengah misalnya. Karena dunia sedang mengalami perubahan kekuatan ekonomi. Ini tak sebentar saja terjadi. Kita harus melihat potensi market baru, jangan hanya fokus di market tradisional itu-itu saja,” kata MenKopUKM Teten Masduki dalam acara launching Pameran ‘The International Furniture and Craft Fair Indonesia atau (IFFINA),’ di Jakarta, Selasa (9/5).

Menurut Menteri Teten, tidak hanya di dalam pasar domestik, negara tujuan ekspor lainnya juga diharapkan terus dikembangkan. Sehingga pasar global dan para buyer internasional tidak perlu lagi datang ke pameran-pameran furniture di luar negeri, namun bisa langsung datang ke pameran furnitur di Indonesia termasuk di pusat-pusat showcase cluster furniture/home décor.

Untuk itu, salah satu upaya dalam memperluas akses pasar tersebut, maka digelar pameran IFFINA 2023 yang diinisiasi oleh Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (ASMINDO). Di mana event internasional tersebut akan dilaksanakan pada 14-17 September 2023, di ICE BSD City, Tangerang, Banten.

Menteri Teten berharap, IFFINA dapat menjadi wadah bagi pelaku usaha UMKM di sektor furnitur untuk memperluas akses pasar.

“Nanti harus lebih banyak lagi event furnitur di dalam negeri. Karena importir lebih senang ada pusat furnitur, sehingga tak perlu blusukan ke berbagai workshop lebih baik datang ke satu tempat produknya,” kata Teten.

MenKopUKM menyebutkan, dalam rangka mendorong peningkatan spesifikasi para pelaku UKM di sektor furnitur untuk berstandar internasional. Seperti, pendirian rumah produksi bersama (factory sharing) sektor furnitur yang berlokasi di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah.

Menurut Teten, Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) juga mendorong terciptanya produk furniture/home décor yang ramah lingkungan, dengan pemanfaatan material dari bambu, bahan recycle (plastik). Pada 2023 ini, KemenKopUKM akan membangun factory sharing pengolahan bambu di Nusa Tenggara Timur (NTT).

“Bambu pertumbuhan cepat, sehingga isu lingkungan bisa difokuskan lebih cepat. Bambu juga lebih produktif empat kali lipat dari jenis kayu lainnya. Seperti IKEA misalnya, mereka hingga kini masih menggunakan material bambu dari China, namun sebenarnya bambu kita juga lebih kompetitif,” katanya.

Bahkan ada sekitar pengembangan 40 ribu bambu yang ada di NTT, bersama Pemerintah, KemenKopUKM terus berupaya memperluas bambu di daerah.

“Upaya ini dapat mendorong kapasitas produksi dalam skala massal yang terstandarisasi,” ujarnya.

Selanjutnya, KemenKopUKM menginisiasi program SMExcellence yaitu melalui kegiatan kurasi, business matching antara UMKM dan aggregator/ buyer representative di sektor furnitur dan home décor agar pelaku UKM mampu menciptakan produk–produk yang dapat bersaing dan diterima pasar global.

Teten menegaskan, industri kreatif termasuk furnitur, home decor, dan homeware memiliki keunggulan kompetitif dibanding negara lain, karena Indonesia memiliki bahan baku yang beraneka ragam serta kreativitas dan tenaga kerja yang terampil.

“Saya berharap melalui kegiatan ini, dapat memperkuat pasar domestik industri furnitur dan memperkenalkan Indonesia di pasar internasional karena pasar kita sangat besar,” pungkas MenKopUKM.*** Gio

 

 

 

 

 

 

 

No More Posts Available.

No more pages to load.