Jakarta, ebcmedia – Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) RI Dr. (HC). dr. Hasto Wardoyo, Sp. OG (K) diundang menjadi pembicara dalam Persiapan Keberangkatan (PK) Awardee Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) angkatan ke 201.
Kepada para penerima beasiswa LPDP yang akan melanjutkan pendidikan baik dalam maupun luar negeri itu, Hasto Wardoyo menyampaikan pentingnya menyiapkan generasi Indonesia yang unggul memanfaatkan Bonus Demografi dalam memasuki Indonesia Emas 2045.
“Saya diskusi hari ini, topiknya tentang SDM yang tentu punya integritas yang unggul. Saya sebagai dokter harus bicara bagaimana SDM itu sehat. Kemudian juga SDM unggul itu berilmu, mempunyai keterampilan, punya karakter dan punya mental yang lebih baik,” kata Hasto Wardoyo dalam acara yang digelar di Hotel Mercure Ancol, Jakarta Utara.
Selain bonus demografi, lanjut Hasto, Indonesia juga akan menghadapi aging population atau penuaan penduduk dengan ditandai dengan ledakan jumlah populasi non-produktif. Bahkan, populasi tersebut akan didominasi oleh lansia dengan rata-rata tingkat pendidikan 8,3 tahun dan rata-rata ekonomi menengah ke bawah.
“Kalau SDM kita yang muda muda tidak hebat, hati-hati. Dependensi rasionya makin naik. Oleh karena itu anda itu bebannya tinggi. Jadi kalau untuk keluar dari middle income trap dan sebagainya itu tidak mudah, harus dipikirkan dari sekarang,” ujar Hasto.
Menurut Hasto, salah satu yang menjadi permasalahan sumber daya manusia dalam menghadapi hal tersebut, salah satunya adalah stunting. Tentunya, untuk meningkatkan SDM dan juga keluarga yang sejahtera, diperlukan pencegahan stunting.
“PR saya tadi kan stunting. Banyak anak muda melahirkan anak stunting menjadi beban negara. Stunting itu nantinya tidak mampu bersaing di sekolah, tidak mampu bersaing secara fisik karena kurang tinggi satu lagi tidak punya umur panjang untuk produktif karena di usia 45 tahun sudah gampang sakit. Bangsa kita punya SDM nya yang stunting 21,6%. Sedangkan targetnya 14 persen,” kata Hasto.
Tidak kalah penting, kata Hasto, meningkatnya angka Mental Emotional Disorder atau gangguan emosi mental yang merupakan masalah serius dan bisa mengancam kualitas kependudukan. Sementara, mental emotional disorder yang meningkat juga diiringi dengan peningkatan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) dan generasi muda yang pernah mencoba narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya (NAPZA). Oleh karena itu, dr. Hasto berharap melalui LPDP, para Awardee dapat memiliki kesadaran untuk membangun bangsa yang sehat, kuat, jiwa dan raga.
“Stunting 21,6 persen tapi ingat ada mental emotional disorder 9,8%. Stunting nya turun tapi mental emotional disorder nya naik. Ini menjadi tantangan yang perlu dipikirkan karena ternyata mental emotional disorder menjadikan narkotika nya naik, NAPZA 5,1%. Terbuktinya naik mental emotional disorder juga menaikkan ODGJ yang senyum sendiri ngomong sendiri hari ini naik pesat jadi 7 per 1000,” ujarnya.
Hasto juga berharap kepada Awardee beasiswa LPDP dapat mengimbangi kebutuhan hard skill dan soft skill selama berada di lembaga pendidikan yang ditempuh oleh masing-masing individu.
“Anda ini calon pelayan. Kita semua calon pelayan hebat. Service excellence, pelayanan prima, reformasi birokrasi, sehingga Anda harus belajar hard skill dan soft skill keduanya harus imbang. maka pesan saya kita harus menjadi pelayan yang mampu memenuhi ekspektasi paling tidak, kita menjadi pelayan yang memuaskan,” imbuh dr. Hasto.
“Saya berharap Anda sukses, melakukan reformasi merubah mindset dan revolusi dalam arti positif mendobrak tatanan memperbaiki menjadi suatu kebaikan,” tutupnya. (Gio)