Peringati Hari Kesadaran Pemborosan Pangan, NFA Mantapkan Gerakan Selamatkan Pangan

oleh
oleh
banner 468x60

Jakarta, ebcmedia – Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) menyerukan Gerakan Selamatkan Pangan sebagai  sebuah langkah aksi kolaboratif bersama para pemangku kepentingan terkait. Penanganan Food Waste/ pemborosan pangan menjadi salah satu strategi dalam mengantisipasi potensi krisis pangan dan mendukung pengentasan daerah rentan rawan pangan di Indonesia.

Dalam peringatan Hari Kesadaran Internasional Pemborosan Pangan/International Day of Awareness of Food Loss and Waste pada Jumat (29/09/2023) di Jakarta, Kepala NFA Arief Prasetyo Adi menegaskan bahwa kolaborasi bersama stakeholder menjadi kunci dalam penanganan food waste.

“Kolaborasi adalah kunci utama, karena menyelesaikan masalah pangan dan gizi memerlukan komitmen semua elemen masyarakat. Kami bekerja sama dengan Kementerian/ Lembaga terkait, Organisasi Perangkat Daerah (OPD) lintas sektor di 38 provinsi dan 514 kabupaten/kota, serta melibatkan BUMN dan BUMD Pangan, Satgas Pangan, swasta, asosiasi, civitas akademika, dan para ahli untuk mencapai target pembangunan pangan,” ujar Arief.

Dikatakannya, NFA mendukung pengurangan food waste sesuai target RPJMN 2020-2024 melalui Peningkatan Tata Kelola Sistem Pangan Nasional. Namun demikian, keberhasilan penanganan food waste memerlukan komitmen bersama dan kolaborasi lintas sektor.

“Kehadiran berbagai stakeholder dari hulu hingga hilir merupakan wujud sinergi pentahelix yang kita harapkan dapat menekan pemborosan pangan sehingga memberikan dampak yang positif tidak hanya terhadap ketahanan pangan, tetapi juga pada peningkatan ekonomi, dan perbaikan lingkungan,” katanya.

Sebagai wujud komitmen dan kehadiran pemerintah dalam upaya pencegahan Food Waste, pada Tahun 2022 Badan Pangan Nasional telah menginisiasi langkah nyata Gerakan Selamatkan Pangan dalam upaya pencegahan dan pengurangan pangan berlebih berpotensi food waste. Gerakan Selamatkan Pangan terbagi menjadi 3 kegiatan utama yang meliputi, penyediaan, pengumpulan, penyortiran, pengolahan, dan penyaluran pangan melalui donasi pangan; penyediaan platform penyelamatan pangan yang dapat diakses secara digital; serta sosialisasi, edukasi, dan advokasi lewat kampanye “Stop Boros Pangan” serta “Belanja Bijak”.

Upaya Gerakan Selamatkan Pangan telah  digerakkan di 38 Provinsi dan 514 Kabupaten/Kota secara intensif. Pada tahun 2023, Badan Pangan Nasional menderaskan pelaksanaan kegiatan Gerakan Selamatkan Pangan melalui alokasi dekonsentrasi di 12 (dua belas) provinsi yang berbasis perkotaan dan telah memiliki penggiat bank pangan. Adapun 12 provinsi yang menjadi sasaran awal yaitu Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, Jabar, Jateng, DIY, Jatim, Bali, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, serta Kalimantan Timur.

Melalui operasionalisasi mobil logistik pangan dan food truck sebagai tindak lanjut komitmen kerja sama NFA bersama 9 organisasi pegiat food waste, pangan yang berpotensi terbuang atau dimusnahkan namun masih dalam kondisi layak dan aman serta tidak termasuk pangan sisa/leftover food dapat dimanfaatkan untuk disalurkan kepada masyarakat dan pihak-pihak yang membutuhkan.

“Piloting di wilayah Jabodetabek sejak akhir Desember 2022 hingga 25 September 2023 sudah berhasil menyelamatkan pangan sebesar  52.785,68 Kg ton dengan memfasilitasi penyaluran pangan kepada masyarakat yang membutuhkan melalui mobil logistik dan food truck. Selain itu, pangan yang sudah tidak layak konsumsi juga disalurkan sebagai pakan hewan ternak, pupuk kompos, serta untuk kebutuhan industri. Tentu ke depannya akan kita perluas ke berbagai wilayah sehingga gerakan ini terus bergulir dan berdampak positif pada ketahanan pangan kita,” jelas Arief.

Selain itu, platform secara digital juga dikembangkan sebagai media yang memudahkan asosiasi dan penggiat food waste dalam penyaluran bantuan pangan.

“Peringatan hari kesadaran internasional mengenai Food Loss and Waste ini kita jadikan momentum untuk menguatkan langkah kolaboratif dalam membangun kesamaan visi terhadap pentingnya isu ini dalam meningkatkan ketahanan pangan, terutama menurunkan daerah rentan rawan pangan,” terang Arief.

Pengurangan food waste menjadi perhatian serius Indonesia dan negara-negara di dunia sesuai komitmen dalam Sustainable Development Goals (SDGs) ke-12 poin ke-3. Menurut Arief, sesuai SDGs negara-negara di dunia diharapkan dapat mengurangi 50% food waste per kapita di tingkat retail dan konsumen pada tahun 2030. Upaya pengurangan food waste sejalan dengan arahan Presiden RI agar mengantisipasi ancaman krisis pangan yang disebabkan berbagai tantangan antara lain El Nino, disrupsi rantai pasok global dan kenaikan harga.

Anggota Komisi IV DPR RI Ravindra Airlangga dalam kesempatan tersebut menyatakan dukungan terhadap Gerakan Selamatkan Pangan. Menurutnya dukungan regulasi sangat penting dalam memberikan payung hukum yang kuat dalam implementasi penanganan food waste.

“Kami mendukung Gerakan Selamatkan Pangan yang dikolaborasikan Badan Pangan Nasional bersama seluruh pemangku kepentingan pentahelix dan berharap ini bisa terus dilanjutkan, dan kita mendorong regulasi terkait hal ini dikuatkan, baik dalam bentuk Peraturan Badan Pangan, Peraturan Presiden, bahkan dalam bentuk Undang-Undang,” ujarnya.

Hal senada diungkapkan Utusan Khusus Presiden (UKP) RI Bidang Kerja Sama Pengentasan Kemiskinan dan Ketahanan Pangan Muhamad Mardiono. Menurutnya, Gerakan Selamatkan pangan ini menjadi gerakan nasional yang harus dilakukan oleh semua elemen bangsa.

“Untuk menekan boros pangan harus dimulai dari perubahan budaya kita bersama. Oleh karena itu, mari kita bergandengan tangan untuk bersama-sama menghentikan segala bentuk pemborosan pangan. Berdasarkan kajian yang kita lakukan, masyarakat memiliki tradisi boros pangan yang harus kita ubah agar bangsa kita memiliki ketahanan pangan yang lebih kuat,” ungkapnya.

Sementara FAO Representative for Indonesia and Timor Leste Rajendra Aryal mengungkapkan pentingnya memahami perbedaan antara food loss and food waste, jika food loss merupakan kehilangan pangan dari produksi sampai distribusi di mana sekitar 13% makanan hilang di tingkat global sedangkan food waste adalah limbah makanan yang berasal dari ritel hingga ke konsumen yang bisa berasal dari warung, dapur dan juga toko makanan, disini sekitar 17% makanan hilang.

“Sekarang bayangkan kita berada dalam situasi di mana kita memiliki lebih dari 800 juta orang yang mengalami kesulitan dalam mengakses makanan yang aman dan bergizi dan pada saat yang sama sepertiga dari makanan yang di produksi di dunia ini hilang dan terbuang,” terangnya.

Ia juga mengungkapkan apresiasi kepada NFA yang telah mengambil peran menginisiasi kolaborasi antar stakeholder terkait.

“Kita harus bekerja sama meningkatkan kesadaran masyarakat akan isu ini dan pada saat yang sama kita perlu memperhatikan titik-titik kritis dimana proses kehilangan pangan dapat terjadi atau terbuang dan tindakan apa yang perlu kita lakukan dan kebijakan seperti apa yang harus kita ambil. Jadi ini adalah kolaborasi bersama yang perlu kita lakukan bersamaan dengan momentum peringatan Hari Kesadaran Internasional Pemborosan Pangan,” tambahnya. (Gio)

No More Posts Available.

No more pages to load.