Jakarta, ebcmedia – Lembaga survei Centre for Strategic and International Studies Indonesia melakukan survei tatap muka secara nasional. Survei itu dilakukan pada periode 13-18 Desember 2023 tepat sehari setelah perhelatan debat capres pertama diselenggarakan di Kantor KPU pada 12 Desember lalu.
Dalam hasil survei tersebut, pasangan nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka mendominasi dengan perolehan angka 43,7 persen, disusul nomor urut 1 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dengan angka 26,1 persen, serta di urutan terakhir nomor urut 3 Ganjar Pranowo-Mahfud Md dengan angka 19,4 persen.
“Saat survei dilakukan, tingkat elektabilitas pasangan Anies-Muhaimin 26,1 persen, Prabowo-Gibran 43,7 persen, dan Ganjar-Mahfud 19,4 persen. Dalam survei ini masih terdapat 6,4 persen pemilih yang mengaku rahasia dan belum menentukan pilihan, dan 4,5 persen yang mengaku tidak tahu/tidak jawab” ujar Ketua Departemen Politik dan Perubahan Sosial CSIS, Arya Fernandes dalam acara Pemaparan Hasil Survei Nasional Tatap Muka Peta Pilpres Terkini Pasca-Debat Calon Presiden, Periode Survei: 13-18 Desember 2023 di Hotel Fairmont, Senayan, Jakarta Pusat pada Rabu (27/12/2023).
Arya menjelaskan, elektabilitas capres-cawapres tersebut didapat setelah performa debat pertama capres.
Sementara itu, Arya menyebutkan angka elektabilitas itu masih bisa berubah. Setidaknya ada tiga faktor yang membuat elektabilitas masing-masing pasangan calon bisa berubah.
“Poin penekannya adalah sebenarnya dari ketiga calon masih ada waktu dan harapan untuk melakukan kerja-kerja politik. Kedua, situasi akan ada perunahan tipis-tipis naik atau turun karena faktor debat. Ketiga, aktivitas mobilisasi antar capres dan parpol,” lanjutnya.
Arya juga mengatakan, faktor debat walaupun kecil hanya 12,5 persen menjadi salah satu hal penting bagi para pemilih bimbang (swing voters) dan pemilih yang belum menentukan pilihannya (undecided) untuk memilih pasangan calon.
“Situasi masih terbuka. Faktor debat walaupun kecil akan jadi faktor penting untuk menentukan salah satunya apakah pemilu kita akan berlangsung satu atau dua putaran,” paparnya.
Survei CSIS ini menggunakan metode penarikan sample secara acak multistage random sampling. Penarikan sample mempertimbangkan proporsi antara jumpah pemiluh dan jumlah sample pada setiap provinsi, proporsi perempuan dan laki-laki serta kategori daerah urban dan rural. Primary sampling unut (PSU) berada pada level desa/kelurahan.
Populasi yang diambil adalah seluruh populasi Indonesia yang tersebar di 34 provinsi dengan sasaran usia 17 tahun ke atas atau yang sudah menikah. Jumlah sample sebanyak 1.300 dengan margin of error sebesar +/-2,7% pada tingkat kepercayaan 95%.
Proses wawancara dilakukan secara tatap muka menggunakan kuesioner oleh enumerator CSIS. (Dian)