Menguak Tol Cipularang Yang Rawan Kecelakaan

oleh
oleh
banner 468x60

Jakarta, ebcmedia – Kecelakaan maut kembali terjadi di Jalan Tol Cipularang KM 92 arah Jakarta pada Senin(11/11/2024) kemarin, kecelakaan tersebut diduga dipicu oleh truk yang mengalami rem blong sehingga menyebabkan kecelakaan beruntun yang melibatkan lebih dari 7 kendaraan.

“Jadi ada truk yang membawa muatan cukup berat remnya blong sehingga menabrak kendaraan di depannya, jadi terjadi kecelakaan beruntun,” kata Kabid Humas Polda Jawa Barat Kombes Jules Abraham Abass dikutip dari detikNews.

Lokasi tabrakan beruntun di Tol Cipularang sering terjadi kecelakaan. Kapolres Purwakarta AKBP Lilik Ardiansyah mengatakan, di lokasi tersebut memang rawan kecelakaan.

“Rata-rata di situ rawan kecelakaan,” ujar Kapolres Purwakarta AKBP Lilik Ardiansyah dikutip dari detikJabar, Senin (11/11/2024).

Ada beberapa alasan mengapa di lokasi itu sering terjadi kecelakaan. Ada faktor topografi jalan yang tidak dibarengi dengan kompetensi pengemudi dalam menangani kendaraannya.

“Ada faktor jalan juga, tapi kan tidak bisa kita kendalikan. Nah kecelakaan itu terjadi jika kita tidak tahu bahaya dan mengendalikan risikonya. Jalannya sudah ada, nah antisipasinya ya dari pengemudinya. Apalagi cuaca sekarang hujan,” kata instruktur safety driving di Rifat Drive Labs (RDL) dan Road Safety Commission Ikatan Motor Indonesia (IMI) Erreza Hardian.

Menurut Reza, banyak jalan di Indonesia yang di bawah standar. Namun, biasanya di lokasi itu sudah diberikan rambu dan marka jalan agar pengemudi lebih waspadalagi.

“Pengelola (jalan) sudah menjelaskan, di jalan itu banyak rambu dan sudah ada yang disebut jalan ‘memaafkan’ karena tersedia titik pengereman darurat yang menanjak. Hanya saja banyak pengemudi memacu kencang, makin kencang makin nggak kelihatan rambu atau peringatannya,” ujar Reza.

Tak cuma itu, kompetensi pengemudi menangani kendaraan di jalan menurun juga menjadi salah satu pemicu kecelakaan maut. Banyak pengemudi truk yang hanya mengandalkan rem kaki tanpa memanfaatkan bantuan deselerasi lainnya.

“Pengereman di jalan menurun dengan menggunakan service brake atau rem pedal sangat berbahaya. Karena proses pengereman tidak akan menghilangkan energi yang mendorong kendaraan dan hanya mengurangi putaran roda sesaat, sehingga saat pedal rem diangkat roda akan berputar lebih cepat lagi. Hal ini akan memaksa pengemudi melakukan pengereman panjang terus-menerus, inilah yang memicu terjadinya kegagalan pengereman,” ujar Reza.

Jika pengemudi hanya mengandalkan rem kaki saja secara terus-menerus, konstruksi rem lama-kelamaan akan panas. Hal itu yang membuat kemampuan pengereman cepat berkurang sehingga menyebabkan rem blong atau kegagalan pengereman.

Reza mengingatkan pengemudi truk untuk tidak lagi menggunakan gigi tinggi di jalan menurun hanya karena alasan hemat BBM. Di jalanan menurun, pengemudi harus memanfaatkan engine brake.

“Pengemudi truk kembali diingatkan untuk tidak cepat oper gigi tinggi hanya alasan hemat BBM. Gunakan gigi rendah, aktifkan sistem pengereman pasif engine brake, ada retarted namanya, periksa rem sebelum jalan dan apakah truk gandengan menggunakan double chamber dan periksa kemampuan kendaraan sistem penggerak berapa roda, aktifkan penggerak double ketika butuh banyak traksi di jalan tidak perlu dalam kondisi offroad,” sebutnya.(Dikutip dari laman Detik.com)

(Dhii)

No More Posts Available.

No more pages to load.