Pengaruhi Kesehatan Mental, Komentar Negative di Sosial Media Bisa Mengubah Perilaku Seseorang

oleh
oleh
banner 468x60

Jakarta, ebcmedia – Media Sosial dapat mempengaruhi kesehatan mental, baik dengan cara positif maupun negatif. Terlalu sering terpapar konten tertentu di media sosial dapat menimbulkan perasaan tidak aman bagi seseorang.

Farhan Zubedi selaku Kreator Jaringan Findes, sejak Pandemi COVID-19, banyak orang mulai menghadapi tantangan baru mengenai kesehatan mental dalam dirinya. Di antaranya kecemasan meningkat, depresi, dan keinginan untuk mencari dukungan di platform digital yang semakin berkembang.

“Beberapa profesional kesehatan, termasuk dokter dan konselor, kini membuka konsultasi daring sebagai respons terhadap kebutuhan ini. Namun, mereka juga mengingatkan pentingnya berhati-hati dalam memberikan diagnosis atau saran kesehatan mental secara daring,” kata Farhan dalam rilisnya.

Farhan juga menyampaikan salah satu hal paling sering ditemui dalam dunia digital, yaitu erdapat hate comments atau komentar negatif. di berbagai unggahan. Ia menekankan bahwa hal ini adalah bagian dari tantangan yang dihadapi oleh setiap orang maupun kreator.

“Jika ada orang yang berkomentar dengan tujuan yang baik atau ingin berdiskusi, tentu saya sangat terbuka untuk itu. Namun, jika komentar tersebut bernada menyerang atau tidak konstruktif, lebih baik memilih untuk tidak merespons,” jelasnya.

Farhan mengingatkan bahwa perilaku kolektif dalam kolom komentar dapat mempengaruhi dinamika diskusi. Ia menyarankan agar tidak terlalu terpengaruh atau memikirkan komentar negatif yang ada.

“Semakin banyak hate comments yang muncul, semakin besar kemungkinan orang lain yang sebelumnya tidak berniat ikut berkomentar, akan tergoda untuk berkomentar negatif juga. Oleh karena itu, kita harus tetap menjaga sikap dan menghindari terjebak dalam perang komentar,” jelasnya.

“Jika komentar tersebut benar-benar merusak, saya biasanya akan memblokir atau menghapusnya. TikTok juga memiliki fitur untuk mengatasi masalah ini dengan sangat baik,” sambungnya dalam rilis.

Rizky Iskandar Sopian, S. Psi, selaku Konselor Satgas Pencegahan Primer Into The Light Indonesia, menjelaskan bahwa pengaruh konsumsi media sosial terhadap kesehatan mental saat ini mendorong seseorang untuk mencari cara mengontrol kondisinya. Contohnya dengan mencari cerita orang lain yang serupa. Rizky menjelaskan solusi yang bisa diambil ketika seseorang membandingkan nasibnya dengan orang lain saat scrolling di TikTok.

“Saat melihat kehidupan seseorang yang lebih dari kita, yang perlu diingat adalah setiap orang punya garis hidupnya masing-masing. Apa yang kita lihat bisa jadi mereka lebih punya privilege atau memiliki kondisi yang lebih baik, tapi itu bukan berarti kita bisa mengontrol segala hal. Ada banyak hal yang tidak bisa kita kontrol, seperti status ekonomi keluarga atau lingkungan tempat tinggal,” ujar Rizky dalam rilisnya.

“Meskipun banyak konten kreator yang memberikan trik untuk mengubah hidup, seperti pindah tempat tinggal, hal itu tentu memerlukan usaha lebih besar. Jadi, dengan mengingat apa kemampuan dan keterbatasan yang kita miliki, kita bisa lebih mengendalikan perasaan kita,” sambungnya.

Ia menyarankan untuk melakukan detoksifikasi media sosial setelah merasakan hal tersebut. Memberikan jeda satu minggu dari media sosial bisa sangat berpengaruh pada kesehatan mental kita.

(Red)

No More Posts Available.

No more pages to load.