Skandal Pagar Laut Tangerang, Menteri Nusron Akui Ada 280 Sertifikat HGB-SHM di Atas Laut

oleh
oleh
banner 468x60

Jakarta, ebcmedia – Analis Komunikasi Politik Hendri Satrio (Hensa) memprediksi, persaingan antara Presiden ke-7 Joko Widodo (Jokowi) dan Presiden RI Prabowo Subianto belum sepenuhnya berakhir.

Ia menyebut, relasi baik keduanya di 2024 hanya merupakan “jeda turun minum” sebelum nanti kembali bertarung.

“Gini, Jokowi vs Prabowo belum selesai ya, (relasi baik di) 2024 ini hanya jeda turun minum, sangat mungkin ada babak selanjutnya,” kata Hensa dikutip laman ITD News.

Hensa mengatakan, bahwa ungkapan tersebut bukanlah untuk mengadu domba, namun hanya sebagai prediksinya saja, apabila nanti ada pihak lain yang melakukan tuduhan adu domba, mungkin pihak tersebut memiliki prediksi yang sama atau mendapatkan informasi yang lebih lengkap.

Analis Komunikasi Politik itu berpendapat, bahwa Prabowo membutuhkan Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri, untuk menghadapi dinamika selanjutnya.

Sebab, Megawati dikenal sebagai sosok senior di dunia politik, dengan loyalitas dan jaringan pertemanan yang teruji, di antara ketua partai lainnya.

“Prabowo perlu Mega, Ketum Parpol senior yang punya loyalitas perjuangan, dan pertemanan paling mumpuni, serta teruji di antara Ketum Parpol Lainnya,” ungkapnya.

Di sisi lain, Hensa menjelaskan bahwa Megawati juga memerlukan Prabowo dalam konteks persiapan untuk Pemilu 2029.

Menurutnya, Megawati akan sulit bergerak di 2029 nanti jika tidak menjalin relasi yang baik dengan Prabowo.

“Mega juga perlu Prabowo, ini terkait 2029, urusan yang logis logis. Sebagai penguasa, akses terkait hal logis ya penguasa atur, tanpa hal logis sangat sulit bergerak di 2029, zaman demokrasi NPWP (nomer piro wani piro), kondisi demokrasi yang aslinya adalah ciptaan mereka juga,” lanjut Hensa.

Selain itu, Hensa mengapresiasi komunikasi yang terjalin antara Jokowi dan Prabowo saat ini.

Ia pun menyampaikan, untuk pertama kalinya dalam sejarah Indonesia, kedua pemimpin tersebut terlihat akrab dan sering bertemu.

“Memang harus diakui komunikasi Prabowo dan Jokowi bagus sekali, kali pertama dalam sejarah Indonesia, Presiden baru dan Presiden sebelumnya akrab sering jumpa, manteb,” ujarnya.

Namun, Hensa pun mencatat, bahwa Jokowi masih lebih unggul dalam hal kelincahan politik dibanding Prabowo.

Ia melihat, tanpa terikat pada partai politik tertentu, Jokowi dapat dengan mudah melakukan manuver yang bersifat politis.

Sementara itu, Prabowo dinilai terhambat oleh keberadaan partai dan situasi yang membuatnya terlihat sendirian.

“Harus diakui Jokowi ini memang lincah, tanpa gerbong a.k.a partai perseorangan dia mudah bermanuver, ketemu-ketemu, berfoto-foto, kunjung sana-sini. Sementara Prabowo sulit lincah, sebab selain ada gerbong, kelihatannya dia juga sendirian hanya ditemani para ajudan,” pungkas Hensa.

(Red)

No More Posts Available.

No more pages to load.