Jakarta, ebcmedia – Pelaksanaan program uji klinis vaksin TBC yang disponsori The Gates Foundation menimbulkan kecurigaan publik perihal risiko dan dampak kesehatan yang mungkin dialami para pesertanya. Pemerintah diminta transparan mengungkap hasil uji klinis.
Polemik perihal pelaksanaan program ini setidaknya tertangkap di media sosial. “Warga Indonesia menjadi “kelinci percobaan”, sebut satu akun X yang unggahannya dicuitkan ulang ratusan kali.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin membantah tuduhan perihal “kelinci percobaan” ini. Dia mengeklaim vaksin yang diuji “secara sains, terbukti aman.”
Pulmonolog Tjandra Yoga Aditama meminta setiap pihak yang bertanggung jawab pada program ini bersikap transparan agar kegaduhan publik perihal pelaksanaan uji klinis vaksin ini tak berlarut.
Namun, mengapa uji klinik vaksin TBC diadakan di Indonesia? Apa saja manfaat bagi Indonesia melaksanakan uji klinis ini?
Program uji klinis vaksin TBC ini mencuat setelah pertemuan Presiden Prabowo Subianto dengan pendiri Microsoft dan filantropi Bill Gates, di Jakarta, Rabu (07/05)lalu.
Dalam pertemuan tersebut Prabowo dan Gates membicarakan upaya pengentasan sejumlah penyakit menular, seperti polio, malaria, dan TBC. Dalam kesempatan itu, Prabowo juga menyebut perihal pelaksanaan uji vaksin TBC dan malaria yang didanai yayasan milik Gates, yakni The Gates Foundation.
“Indonesia akan jadi salah satu tempat yang akan diuji coba dan kita mengetahui bahwa TBC memakan korban kita cukup besar yang meninggal hampir 100.000 setiap tahun, dan itu tekad kita untuk menurunkan. Dan beliau menunjukkan komitmen beliau untuk terus bantu kita di bidang itu, juga beliau sedang kembangkan vaksin malaria,” ujar Prabowo.
Pengumuman program ini memantik polemik, salah satunya di media sosial.
Warganet menyebut Indonesia dijadikan “kelinci percobaan”. Vaksin ini “belum lolos uji klinis” sehingga “belum ada jaminan layak pakai”, kata sebuah akun X yang dicuitkan ulang hingga ratusan kali.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin membantah tuduhan warga Indonesia menjadi “kelinci percobaan”, serta tuduhan lain yang kerap dikaitkan dengan vaksin.
“Ini bukan kelinci percobaan. Justru harus nurut karena sudah terbukti bahwa Covid saja turun. Dulu juga banyak yang bilang ke teman-teman kan. Ada chip-nya, ada apalah itu, ” kata Budi selepas peluncuran program pemberantasan TBC di kantor Kelurahan Rambutan, Ciracas, Jakarta Timur, Jumat (09/05), seperti dikutip Tempo.
Budi menerangkan, sudah ada tahap-tahapan yang dilalui vaksin ini sehingga menurutnya tak perlu ada yang dikhawatirkan.
“Jadi ini secara sains, sudah terbukti aman,” ucapnya.
Kementerian Kesehatan dalam pernyataan tertulisnya menyebut uji klinis vaksin TBC yang didanai yayasan milik Bill Gates di Indonesia sudah dilaksanakan sejak 3 September 2024 silam. Sementara perekrutan peserta vaksin berakhir 16 April 2025 lalu.
Pernyataan tertulis Kementerian Kesehatan yang diterima BBC News Indonesia menyebut program ini bagian dari uji klinis tahap ketiga vaksin M72/AS01E yang dilaksanakan juga di sejumlah negara. Di luar Indonesia, negara-negara yang melaksanakan uji klinis adalah Afrika Selatan, Kenya, Zambia, dan Malawi.
Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kementerian Kesehatan, Aji Muhawarman, menjabarkan bahwa uji klinis ini melalui sejumlah tahapan.
“Uji klinis merupakan tahapan krusial dalam proses pengembangan vaksin untuk memastikan keamanan, efektivitas, serta mengidentifikasi potensi efek samping sebelum digunakan oleh masyarakat,” kata Aji, dalam pernyataan tertulisnya.
Aji menjelaskan fase Pra-klinis, vaksin diuji kepada hewan
Fase 1, vaksin diuji kepada partisipan dalam jumlah 20-50 orang.
Fase 2, uji klinis dilakukan pada partisipan 200-300 orang
Fase 3, dilakukan pada puluhan ribu partisipan lintas negara.
Fase 3 dinilai menjadi fondasi utama dalam proses evaluasi regulator sebelum vaksin mendapatkan izin edar.
Aji mengungkapkan uji klinik ini diawasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Kementerian Kesehatan, dan para ahli.
Ketua Majelis Kehormatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, Tjandra Yoga Aditama, menjelaskan Indonesia dan dunia membutuhkan vaksin TBC baru.
Yoga menyebut selama ini vaksin TBC jenis Bacillus Calmette-Guérin (BCG), yang ditemukan pada era 1920-an terbatas efektivitasnya. Bacillus Calmette-Guerin merujuk pada penemu vaksin ini, yakni Albert Calmette dan Camille Guérin.
“Vaksin BCG efektifitasnya utamanya hanya untuk masa anak-anak saja, mencegah TB berat dan kematian akibat TB pada anak,” tukas Yoga.
“Jadi sudah amat patut dibuat vaksin baru yang jauh lebih efektif,” tambahnya.
(Red/Dhii)