Hendri Satrio: Sampai Kapan Masalah Komunikasi Ini Menghantui Kabinet Prabowo?

oleh
oleh
banner 468x60

Jakarta, ebcmedia – Analis komunikasi politik Hendri Satrio, yang akrab disapa Hensa, kembali menyoroti permasalahan  komunikasi yang terus membayangi Kabinet Merah Putih di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto.

Kali ini, Hensa mengkritisi dua kasus yang tengah menjadi sorotan publik: dugaan rekaman suara Menteri Koperasi Budi Arie Setiadi yang menyinggung PDI Perjuangan dan Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan Budi Gunawan terkait judi online, serta pernyataan Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana tentang konsumsi susu 2 liter per hari.

Hensa menilai, kedua kasus ini mencerminkan masalah mendasar dalam komunikasi di lingkaran pemerintahan Prabowo.

“Lagi-lagi, ini soal komunikasi. Sampai kapan masalah komunikasi ini terus menghantui pemerintahan Pak Prabowo?,” ujar Hensa kepada wartawan.

Terkait Budi Arie dan dugaan rekaman yang mirip dengan suaranya tersebut, Hensa menyoroti urgensi mantan Menkominfo itu untuk segera melakukan klarifikasi ke publik.

Menurut Hensa, hal ini perlu dilakukan oleh Budi Arie untuk meredam spekulasi yang beredar saat ini sebelum menjadi liar dan melebar kemana-mana.

“Minimal Budi Arie keluar dan bilang, ‘Itu bukan saya.’ Karena suara itu jelas banget dianggap mirip Budi Arie. Kalau benar, ini serius. PDI Perjuangan adalah partai pemenang tiga kali berturut-turut, dan Budi Gunawan adalah Menko di Kabinet Merah Putih. Kalau dibiarkan, ini bisa mengganggu harmoni politik,” tegas Hensa.

“Sebab, jika PDI Perjuangan saja sampai melaporkan ini ke Bareskrim Polri, ini menurut saya terlihat bahwa PDI Perjuangan meyakini itu merupakan suara Budi Arie,” tambahnya.

Menurut Hensa, dugaan keterlibatan Budi Arie ini pun akan menjadi hambatan bagi program-program Prabowo. Terlebih lagi, Budi Arie kini menjabat sebagai Menteri Koperasi, di mana salah satu program Prabowo yaitu Koperasi Merah Putih segera diluncurkan.

“Ibaratnya nih, kalau di sisi spiritual, ada yang menahan kakinya Budi Arie. Ini masalah judi online-nya memang enggak selesai. Jadi terus-menerus muncul. Polemik ini dimulai dari disebutnya nama Budi Arie di peradilan ya. Nah, itu dia coba politisasi tuh. Saya gak tahu ya, itu Budi Arie beneran atau enggak. Tapi di media sosial pembicaraannya ini mirip Budi Arie,” ungkapnya.

Hensa juga mengingatkan bahwa di era media sosial, pejabat publik harus ekstra hati-hati. Dugaan rekaman suara mirip dengan Budi Arie ini, menurut Hensa, menjadi pelajaran bagi semua pejabat pemerintahan agar lebih berhati-hati dalam berkomunikasi.

“Kalau ngobrol di telepon, jangan sembarangan. Apalagi, kalau saya tidak salah, merekam tanpa izin pengadilan itu melanggar hukum, apalagi sampai menyebarkannya. Tapi sampai sekarang, belum ada kabar Budi Arie mau menuntut perekam. Ini menambah tanda tanya,” katanya.

Lebih lanjut, Hensa menyoroti sensitivitas hubungan politik antara Prabowo dan PDI Perjuangan. Menurutnya, dugaan rekaman ini bisa memperburuk hubungan pemerintahan Prabowo dengan PDI Perjuangan karena konflik ini.

“Pak Prabowo sedang berusaha membangun hubungan baik dengan PDI Perjuangan, bahkan ada desas-desus beliau akan hadir di kongres PDIP. Kalau isu ini tidak segera diklarifikasi, bisa mengganggu rencana besar itu,” tambahnya.

“Selain Budi Arie, Hensa juga mengkritik pernyataan Kepala Badan Gizi Nasional Dadan Hindayana, yang memicu polemik setelah menyebut anaknya tumbuh lebih dari 180 cm karena mengonsumsi susu 2 liter per hari. Pernyataan ini menuai sorotan netizen karena dianggap tidak realistis di tengah tantangan ekonomi masyarakat.

“Prof Dadan ini kan kesayangan Pak Prabowo, yang menjalankan program Makan Bergizi Gratis (MBG). Tapi pernyataan soal susu 2 liter ini jadi blunder komunikasi. Tidak semua orang tua mampu menyediakan 2 liter susu per hari. Kalau pesannya diarahkan ke dukungan untuk program MBG, misalnya, ‘Kami butuh doa dan dukungan agar bisa menyediakan susu untuk anak-anak Indonesia,’ itu akan lebih tepat,” jelas Hensa.

Hensa mengapresiasi niat baik Dadan untuk mempromosikan manfaat susu, tetapi menegaskan bahwa penyampaian pesan harus lebih sensitif terhadap kondisi masyarakat.

“Netizen fokus ke 2 liter per hari, bukan ke manfaat susunya. Ini soal bagaimana pesan disampaikan. Apalagi, program MBG ini krusial. Jangan sampai ada lagi kasus keracunan, seperti yang pernah terjadi. Satu anak keracunan saja sudah terlalu banyak,” tegasnya.

Hensa menegaskan bahwa komunikasi adalah tulang punggung keberhasilan pemerintahan.Menurutnya, kegagalan menyampaikan pesan dengan tepat dapat menghambat program-program unggulan Prabowo, seperti Koperasi Merah Putih dan MBG.

“Cuma soal penyampaian kata-kata, tapi kalau ada cegukan komunikasi kayak gini, program unggulan bisa tertatih-tatih,” ujarnya.

Ia menyarankan agar Prabowo segera menata ulang strategi komunikasi kabinetnya dari hulu ke hilir. Hensa juga menyinggung pentingnya pejabat publik belajar dari kasus-kasus ini.

“Pak Prabowo pasti paham ini. Masalah komunikasi harus diselesaikan dari atas dulu. Kalau tidak, isu-isu seperti judi online atau susu 2 liter ini akan terus muncul dan mengganggu,” katanya.

“Di era media sosial, semua orang bisa jadi media. Pejabat harus hati-hati, baik dalam berbicara maupun bertindak. Kalau tidak, hal-hal kecil bisa jadi bom waktu,” pungkasnya.

(Dhii)

No More Posts Available.

No more pages to load.