Jakarta, ebcmedia – Dunia perfilman Indonesia mencatat tonggak sejarah baru. Sutradara visioner Kamila Andini resmi menjadi anggota Academy of Motion Picture Arts and Sciences (AMPAS)—organisasi terhormat yang berada di balik penyelenggaraan Academy Awards atau Oscar. Kabar menggembirakan ini diumumkan oleh rumah produksi Forka Films, yang telah lama menjadi wadah eksplorasi sinema Kamila.
Kamila Andini bukan hanya nama besar di industri film Indonesia, tapi kini ia telah sejajar dengan nama-nama besar dunia seperti Ariana Grande, Jason Momoa, dan Kieran Culkin, yang juga menjadi anggota baru Academy tahun ini.
Kamila pun mencatat sejarah sebagai sutradara film panjang perempuan pertama dari Indonesia yang mendapat kehormatan menjadi Oscar voter.
“Menjadi bagian dari Academy bukan hanya prestasi pribadi, tapi juga langkah penting untuk membawa cerita kita perempuan Indonesia ke panggung global,” ujar Kamila Andini, menegaskan misi seninya yang selalu berpihak pada narasi-narasi autentik dari akar budaya lokal.
Sebagai mitra kreatif utama di Forka Films, Kamila telah melahirkan deretan karya yang menggambarkan kompleksitas perempuan, kehidupan komunitas adat, serta dinamika generasi muda Indonesia. Estetika puitis dan pendekatannya yang sensitif telah membuatnya dikenal secara internasional.
Ifa Isfansyah, CEO Forka Films sekaligus rekan kreatif Kamila, menyambut pencapaian ini dengan penuh kebanggaan.
“Terpilihnya Kamila Andini sebagai anggota Academy adalah pencapaian penting, tidak hanya bagi dirinya, tapi juga bagi sinema Indonesia dan Asia Tenggara. Kami di Forka Films percaya, keterlibatannya di Oscar akan membawa perspektif baru dari Asia ke dalam lanskap perfilman global,” tutur Ifa.
Jejak dan Gairah Sinema Kamila Andini
Lahir di Jakarta, 6 Mei 1986, Kamila Andini menempuh pendidikan di Deakin University, Melbourne, mengambil jurusan Sosiologi dan Media Arts. Kombinasi ini membentuk karakter sinematiknya yang kuat: berpijak pada isu sosial dan kultural, serta berpihak pada perempuan dan lingkungan.
Debut panjangnya, The Mirror Never Lies (2011), mengangkat kisah suku Bajau dan meraih pengakuan luas di festival internasional, termasuk Earth Grand Prix (Tokyo) dan FIPRESCI Award (Hong Kong).
Film-film berikutnya, seperti The Seen and Unseen (2017), Yuni (2021), dan Before, Now & Then (Nana) (2022), terus meneguhkan posisinya di panggung sinema dunia—dari Berlin hingga Toronto.
Forka Films, Panggung bagi Sinema yang Berakar dan Mendunia
Forka Films (dulu Fourcolours Films), rumah produksi yang berdiri sejak 2001 dan digerakkan oleh Ifa Isfansyah, menjadi rumah bagi banyak karya penting perfilman Indonesia. Mereka telah memproduksi film-film yang tampil dan menang di berbagai festival prestisius dunia:
- Siti (Telluride, 2015)
- Turah (wakil Indonesia untuk Oscar 2018)
- Memories of My Body (Venice Orizzonti, 2018)
- Yuni (Platform Prize, TIFF 2021)
- Before, Now & Then (Silver Bear, Berlinale 2022)
- Cigarette Girl (Mini Series Terbaik, Seoul International Drama Awards 2024)
Dengan bergabungnya Kamila ke Academy, Forka Films semakin memantapkan perannya sebagai pionir dalam membawa warna lokal Indonesia ke ranah global.
(RA)