Jakarta, ebcmedia.id – Penceramah Ustaz Das’at Latif mengungkapkan kekecewaannya terkait pemblokiran rekening bank yang dialaminya. Ia menilai, kebijakan ini dapat menimbulkan kesan adanya transaksi ekonomi di balik proses pembukaan blokir.
“Kiranya sudah jelas di video saya itu, saya kecewa sebab ajakan menabung justru dibalas dengan blokir. Sehingga ada sangka-sangka, bahwa ini ada transaksi ekonomi dalam blokir itu. Misalnya ketika pengaktifan harus bayar Rp100.000. Nah itu kalau misalkan diblokir 120.000.000 orang, kalikan itu Rp100.000 berapa,” ujar Das’at Latif, dikutip dari video @mn.abdurrahman, Minggu (10/8/2025).
Ustaz Das’at menyebut, berdasarkan perhitungan tersebut, potensi biaya yang terkumpul dapat mencapai Rp12 triliun. Padahal, kata dia, Presiden Prabowo telah menyampaikan bahwa komplain seharusnya ditindaklanjuti dan rekening dibuka kembali pada hari yang sama.
“Bapak Presiden Prabowo sudah bilang, komplain hari ini dan hari ini langsung terbuka. Saya disuruh menunggu 7 hari,” ungkapnya.
Ia mengaku mengetahui rekeningnya diblokir ketika mencoba mengecek saldo melalui aplikasi mobile banking dan mendapati dananya menghilang. Hal itu membuatnya langsung mendatangi pihak bank. Menurutnya, yang paling mengganggu bukan hanya soal pemblokiran, melainkan citra dan nama baik.
“Setahu saya, orang yang diblokir keuangannya itu yang dicurigai ada tindak pidana atau transaksi kejahatan. Nah masa kau anggap saya ini ada transaksi kejahatan? Andai saja uang saya tiba-tiba ada misalnya Rp1 triliun, itu wajar dicurigai. Tapi ini dana saya hanya Rp300 juta lebih, jadi tidak masuk akal,” jelasnya.
Ustaz Das’at menambahkan, dana tersebut rencananya akan digunakan untuk pembangunan masjid. Karena itu, ia berharap kebijakan pemblokiran dilakukan secara bijak dan tidak menimbulkan keresahan di masyarakat.
“Buatlah kebijakan yang betul-betul bijak, bukan meresahkan masyarakat. Ini bukan kritikan terhadap pemerintah, bukan teror, tapi bagian dari cinta saya kepada negara. Supaya rakyat percaya kepada bank, percaya kepada pengelola keuangan. Bayangkan kalau rakyat sudah tidak percaya dengan bank, maka uang akan diambil. Bukankah itu akan membahayakan,” tegasnya.
(Dhii)