Jakarta, ebcmedia.id – Setelah insiden ledakan yang terjadi di lingkungan SMAN 72 Jakarta, kegiatan belajar mengajar di sekolah tersebut hingga kini masih berlangsung secara daring. Namun, materi yang diberikan bukan pelajaran akademik biasa, melainkan program “trauma healing” atau pemulihan psikologis bagi siswa dan guru yang terdampak peristiwa tersebut.
Kepala SMAN 72 Jakarta, Tetty Helena Tampubolon, mengatakan proses pembelajaran jarak jauh (PJJ) khusus ini telah dimulai sejak Senin lalu.
“Dari Senin mereka melakukan PJJ ‘trauma healing’ atau proses pemulihan luka batin akibat peristiwa traumatis, seperti bencana, kekerasan, atau kehilangan. Ini diberikan oleh psikolog dari sejumlah institusi, baik dari kepolisian, Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, dan lainnya,” ujar Tetty di Jakarta, dikutip dari Antara, Selasa (11/11/2025).
Ia menjelaskan, kegiatan tersebut akan terus dilakukan hingga seluruh siswa dinyatakan siap kembali menjalani pembelajaran tatap muka di sekolah yang berada di kompleks Komando Daerah Maritim (Kodamar) itu.
“Kami mohon doa agar semua dapat berjalan normal,” tuturnya.
Tetty juga menyampaikan permohonan maaf karena belum bisa memberikan keterangan lebih jauh. Ia menunggu hasil penyelidikan kepolisian serta laporan tim psikolog yang menangani siswa dan guru.
“Mudah-mudahan mereka dapat memastikan kapan kegiatan sekolah bisa berjalan seperti biasa. Saat ini kami masih menunggu hasil penyelidikan dan penilaian keamanan,” katanya.
Sementara itu, suasana di sekitar sekolah masih dijaga ketat oleh Polisi Militer Angkatan Laut (POM AL). Sejumlah petugas tampak memeriksa setiap orang yang hendak mendekati gerbang sekolah.
“Kami memahami penjagaan tersebut karena lokasi sekolah berada di kompleks Kodamar, jadi wajar jika keamanan diperketat. Kami juga mendukung langkah itu demi keselamatan bersama,” tambah Tetty.
Dari pantauan lapangan, pada Jumat (7/11), hari kedua pelaksanaan PJJ, tampak beberapa psikolog dari Dinas Kesehatan Pemprov DKI Jakarta keluar dari area sekolah seusai memberikan pendampingan.
“Tidak ada murid di dalam sekolah, semua mengikuti pembelajaran secara daring. Ini kami baru selesai kegiatan dan mau pulang,” ujar salah seorang psikolog perempuan.
Seorang psikolog pria yang enggan disebutkan namanya juga menuturkan bahwa materi yang diberikan lebih berfokus pada kesiapan mental siswa untuk kembali ke lingkungan sekolah.
“Saya datang sejak pukul 07.00 WIB dan baru selesai sore ini. Materi hari ini lebih kepada kesiapan siswa untuk masuk sekolah,” ucapnya.
Program trauma healing tersebut direncanakan berlangsung secara bergantian, dengan melibatkan tim psikolog dari berbagai instansi pemerintah, hingga seluruh siswa dinilai pulih secara emosional pascaledakan.
(Ra)








