Bicara market bijih nikel, pasir silika, dan batubara yang diproduksi PT TIM, dijelaskan Ardiansyah, bijih nikel dipasarkan di luar holding melalui pembeli. Pasir silika dipasarkan melalui pembeli lokal dengan cara penjualan di mulut tambang, sehingga tak ada biaya transportasi untuk memindahkan hasil penambangan ke lokasi pembeli. Sementara batubara dipasarkan secara mandiri oleh PT Tanjung Alam Jaya.
Menyoal pendapatan PT TIM dari unit bisnis, disebutkan Ardiansyah, pada 2022 pendapatan PT TIM paling besar berasal dari nikel dengan kontribusi 92,17%, terjadi peningkatan pendapatan dari tahun 2021, sebesar 91,30%.
“Sisanya merupakan kontribusi dari pasir kuarsa. Pada 2022 pendapatan PT TIM dari pasir kuarsa sebesar 7,83%, terjadi penurunan dari pendapatan tahun 2021 sebesar 8,70%,” imbuhnya.
Menurut Ardiansyah, perusahaan saat ini masih berfokus kepada komoditas nikel, pasir kuarsa, dan batubara, terutama pada peningkatan kapasitasnya supaya mampu berkontribusi lebih besar terhadap Perseroan. Kendati demikian, PT TIM tetap menjalin kerja sama dengan perusahaan atau investor lain.
Ia menekankan, mekanisme kerja sama dengan perusahaan lain, tentunya melalui prosedur yang berlaku di lingkungan internal PT TIM. Di antaranya melalui kajian feasibility study dan Environmental Impact Analysis. Di samping itu, pemilihan mitra untuk kerja sama dilakukan melalui beauty contest dengan beberapa parameter yang harus dipenuhi vendor partisipan beauty contest.