Dubai, ebcmedia – Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) dan pelaku bisnis menyerukan pentingnya penguatan kemitraan antara pemerintah dan pelaku swasta, serta kolaborasi internasional yang lebih luas untuk mengatasi tantangan polusi udara yang semakin memburuk di daerah perkotaan dan wilayah urban. Seruan tersebut disampaikan dalam sebuah sesi di Konferensi para pihak konvensi kerangka kerja PBB tentang perubahan iklim (Conference of the Parties 28 / COP 28) di Dubai, pada Senin (4/12/2023).
Dengan tema ‘Clean Air Worldwide: Uniting for a Greener and a Healthier Future’, sesi ini diselenggarakan oleh Kemenko Marves serta Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin Indonesia), organisasi yang paling berpengaruh dan memayungi seluruh pelaku bisnis di Indonesia, negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara.
Menurut World Health Organization (WHO), hampir seluruh populasi global saat ini menghirup udara dengan kandungan polutan yang melebihi batas standar internasional, yang dapat mengakibatkan berbagai macam penyakit pernapasan. Ibu kota Indonesia Jakarta baru-baru ini mengalami peningkatan polusi udara yang disebabkan oleh musim kemarau yang berkepanjangan.
Deputi Bidang Infrastruktur dan Transportasi Kemenko Marves, Rachmat Kaimuddin mengatakan bahwa mengatasi polusi udara memerlukan strategi jangka panjang yang menyeluruh karena polusi udara merupakan sebuah tantangan yang muncul setelah melalui akumulasi waktu.
“Polusi udara bisa disamakan dengan masalah kesehatan seperti obesitas, oleh karena itu, seperti halnya obesitas, kita tidak bisa mengharapkan hasil instan melalui pendekatan cepat, seperti berpuasa sehari dan langsung sehat. Kita harus mengubah gaya hidup kita,” ungkap Deputi Kaimuddin.
Ia menyampaikan polusi udara berasal dari sumber emisi yang sama, aktivitas manusia yang menggunakan tenaga pembakaran seperti transportasi dan industri.
“Jalan keluar untuk mengatasi kedua masalah tersebut sebenarnya serupa. Oleh karena itu, jika kita bisa berkomitmen untuk mengurangi emisi secara komprehensif, maka kita upaya ini dapat membantu mengatasi polusi udara, dan begitu pula dengan sebaliknya,” imbuh Deputi.
Wakil Ketua Umum Koordinator Bidang Kemaritiman, Investasi, dan Luar Negeri Kadin Indonesia, Shinta Kamdani mengatakan bersamaan dengan elektrifikasi sektor transportasi, pemerintah juga tengah mendorong dekarbonisasi sektor pembangkit listrik dan mempromosikan pengelolaan limbah ramah lingkungan. Untuk meningkatkan skala implementasi dekarbonisasi tersebut, sesi COP 28 ini juga mengidentifikasi berbagai area-area yang berpotensi untuk mendorong inisiatif udara bersih global dan menggalang komitmen sektor swasta.
“Transisi menuju ekonomi rendah karbon kini berjalan dengan cepat di Indonesia. Pertumbuhan EV dan bahan bakar alternatif seperti biofuel atau bioetanol menawarkan peluang untuk menurunkan tingkat polusi udara dan emisi karbon, dan sekaligus menciptakan lapangan kerja baru di industri hijau,” ujarnya.
“Upaya kolektif yang melibatkan kolaborasi internasional antara pemerintah dan mitra non-pemerintah sangat penting untuk mengatasi tantangan yang mendesak ini, serta menjamin masa depan yang berkelanjutan dan lebih sehat bagi seluruh penduduk dunia,” imbuh Shinta Kamdani.
Sesi COP 28 ini juga menghadirkan sejumlah pelaku bisnis dan pakar terkemuka seperti President Director of Kalla Group, Solihin J Kalla, Deputy CEO of BloombergNEF, Albert Cheung.
Empat pilar Agenda Aksi Presidensi COP 28 adalah mempercepat transisi energi, memperbaiki pendanaan iklim, berfokus pada manusia, kehidupan, dan mata pencaharian, serta mendukung seluruh kegiatan dengan inklusivitas sepenuhnya. (Ifin)