Jakarta, ebcmedia – Kemunculan isu duet antara bakal calon presiden dari Koalisi Indonesia Maju, Prabowo Subianto dengan bakal calon presiden dari PDI Perjuangan, Ganjar Pranowo ataupun sebaliknya belakangan ini semakin mencuat.
Isu ini berkembang karena kedua bakal calon presiden itu belum juga mengumumkan wakil presiden yang akan mendampingi keduanya. Padahal jadwal pendaftaran calon presiden dan calon wakil presiden di KPU RI terhitung sisa dua pekan lagi.
Pengamat Komunikasi Politik, Emrus Sihombing menilai berdasarkan pendekatan kualitatif, Ganjar Pranowo maupun Prabowo Subianto sama-sama memiliki pengalaman di bidang pemerintahan.
Namun menurutnya jika memang dipasangkan, Ganjar-Prabowo akan menjadi pasangan ideal. Pasalnya, Ganjar dinilai lebih mumpuni dalam bidang pemerintahan dari berbagai macam sektor seperti menjadi kepala daerah selama dua periode, maupun pernah menjadi anggota DPR RI.
“Probabilitas secara pengalaman, Ganjar Prabowo pernah memimpin di bidang pemerintahan dan legislatif mulai dari Anggota DPR RI hingga Gubernur Jawa Tengah selama 2 Periode. Sedangkan Prabowo Subianto hanya di satu bidang yakni Menteri Pertahanan RI. Jadi kalau dilihat secara pengalaman probabilitas Ganjar lebih tinggi,” kata Emrus di acara diskusi Publik GoGo Bangun Negeri (GBN) Probability Ganjar-Pranowo atau Prabowo-Ganjar di daerah Tebet, Jakarta Selatan, Rabu (27/9/2023).
Selain itu, Emrus juga menjelaskan Ganjar dinilai memiliki kedekatan lebih dengan Joko Widodo karena berada dalam kapal yang sama serta memiliki visi dan misi yang selaras di antara keduanya.
“Meskipun Prabowo juga memiliki visi dan misi yang sama, namun tetap balik lagi Ganjar Pranowo berasal dari rumah yang sama dengan Presiden Joko Widodo (Partai PDI Perjuangan). Ganjar Pranowo lebih homofili karena satu partai, satu rumah politik. Oleh karena itu dengan segala pertimbangan, secara probabilitas baik dari sudut kualitas untuk memimpin bangsa dan dukungan politik, Ganjar Pranowo probabilitasnya lebih tinggi dipasangkan Prabowo Subianto,” jelas Emrus.
Dia menegaskan dirinya salah satu pihak yang mendukung duet antara Ganjar dengan Prabowo di Pilpres 2024.
Dalam kesempatan sama, Ketua DPP Partai Perindo Bidang Sosial, Efraim Yerry Tawalujan berpendapat mengapa isu ini mencuat karena tidak lain adalah sifat politik yang dinamis dan dapat berubah dalam waktu yang cepat.
Namun selain itu, menurutnya ada kegalauan dan kegelisahan bilamana pilpres menjadi dua putaran dari pihak Ganjar Pranowo. Pasalnya jika diasumsikan berdasarkan hasil survei, Anies kemungkinan tersingkirkan dari putaran pertama, maka suara dari pendukung Anies Baswedan lebih dekat dengan Prabowo Subianto dibandingkan dengan Ganjar Pranowo.
“Lalu mengapa ada isu ini? Tentu sudah jadi rahasia umum kalau nantinya sampai dua putaran, maka suara dari calon yang tidak lolos ke putaran kedua ini akan ke mana? Kalau misalnya hasil sesuai survei adalah Prabowo dan ganjar dengan siapapun cawapresnya, maka jika berasumsi anies tidak lolos maka suara anies kebih dekat ke orabowo dibandingkan ke ganjar, ini susdah jadi rahasia umum,” ujar Efraim Yerry.
Menurut Efraim, pendapatnya ini berasal dari hasil ‘ngomong-ngomong politik di pinggir jalan’ menerangkan saat ini kubu Ganjar memiliki dua pilihan yaitu fight untuk memang tetapi resiko akan kalah atau pilih aman tetapi gengsi sebagai partai pemenang pemilu di tahun 2019 silam.
Bahkan Efraim juga menilai jika diduetkan, pasangan Prabowo-Ganjar lebih ideal dibandingkan Ganjar-Prabowo.
Menurutnya, banyak variabel yang mendukung hal tersebut, salah satunya adalah Prabowo yang lebih senior dibandingkan Ganjar, serta Koalisi Indonesia Maju yang bersifat gemuk dengan jumlah kursi di DPR sebanyak 261 kursi dengan rincian Gerindra 78 kursi, Golkar 85 kursi, PAN 44 kursi, Demokrat 54 kursi. Sedangkan koalisi PDIP hanya mengantongi 147 kursi dengan rincian PDIP 128 kursi dan PPP 19 kursi.
“Hingga saat ini, koalisi terbesar ada di koalisi Indonesia Maju (Prabowo Subianto), namun PDIP adalah Partai pemenang Pemilu, lantas kenapa mau untuk koalisi dengan Prabowo. Nah ini saya lihat asumsi ini dari suara-suara diskusi rakyat di jalanan,” ungkap Efraim. (Dian)