Jakarta,ebcmedia-Prabowo Subianto tercatat telah tiga kali mengikuti kontestasi pemilihan presiden (Pilpres). Tiga kali pula dia gagal mendulang suara terbanyak dari rakyat Indonesia.
Pada Pilpres 2009, Prabowo awalnya diusung oleh Gerindra sebagai calon presiden. Namun, akhirnya dia menjadi pendamping Megawati Soekarnoputri setelah meneken Perjanjian Batu Tulis.
Di Pilpres pertama yang diikuti Prabowo, dia kalah dalam perolehan suara oleh pasangan Susilo Bambang Yudhoyono dan Budiono.
Prabowo maju kembali dalam kontestasi Pilpres 2014. Kali ini dia memberanikan diri sebagai calon presiden berpasangan dengan Hatta Rajasa sebagai calon wakil presiden.
Lagi-lagi, Prabowo kalah. Perolehan suara Prabowo-Hatta di bawah dari perolehan suara yang diraih pasangan Capres-Cawapres Joko Widodo-Jusuf Kalla.
Pasangan Prabowo-Hatta mendapatkan suara 46,85 persen, sementara Jokowi-JK unggul dengan perolehan suara 53,15 persen.
Kubu Prabowo-Hatta lalu mengajukan beberapa gugatan atas hasil pemilihan ke Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) dan Mahkamah Konstitusi (MK).
Tim hukum kubu Prabowo-Hatta menggugat adanya kejanggalan jumlah Daftar Pemilih Khusus Tambahan (DPKT), pelanggaran pemilu yang terstruktur, sistematis, dan masif (TSM), mempermasalahkan sistem noken di Papua, serta hasil penghitungan yang seharusnya memenangkan Prabowo-Hatta sebesar 50,25 persen.
Pada 21 Agustus 2014, MK memutuskan menolak secara keseluruhan gugatan tim hukum Prabowo-Hatta.
Kalah dua kali, tak membuat Prabowo jera mencalonkan diri sebagai presiden di Pilpres 2019. Dia berpasangan dengan Sandiaga Uno sebagai calon wakil presiden.
Prabowo kembali melawan Jokowi yang kali ini berpasangan dengan Ma’ruf Amin. Hasilnya, lagi-lagi Prabowo kalah dengan Jokowi di Pilpres 2019.
Kalah bertanding di laga Pilpres 2009, 2014, dan 2019, tak membuat Prabowo patah semangat. Entah, di dalam dirinya tertanam jiwa pejuang, lantaran berasal dari militer, atau merasa sudah terlanjur nyemplung, meskipun tiga kali gagal dalam pencapresan.
Buktinya, pada Pilpres 2024 mantan Danjen Kopassus ini maju kembali sebagai Capres. Meskipun sempat mengaku akan pensiun dari dunia pencapresan, jika di laga keempat ini dia kembali gagal.
Jokowi sebagai lawan terkuat Prabowo pada Pilpres 2024 tidak mencalonkan sebagai presiden, lantaran menurut ketentuan perundang-undangan hanya dibatasi dua kali menjadi presiden.
Sepertinya peluang ini ditangkap Prabowo. Tak hanya itu, dia juga berusaha menjaring suara dari para pendukung Jokowi. Prabowo kemudian memilih anak sulung Jokowi, yakni Gibran Rakabuming Raka sebagai pendampingnya di Pilpres 2024.
Upaya Prabowo kali ini berhasil. Berdasarkan penetapan Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI atas rekapitulasi hasil penghitungan dan perolehan suara tingkat nasional Pilpres 2024, Rabu, 20 Maret 2024, pasangan nomor urut 2, Prabowo-Gibran dinyatakan memperoleh 96.214.691 suara.
Sementara itu, pasangan Capres-Cawapres nomor urut 1, Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, mengantongi 40.971.906 suara. Sedangkan Capres-Cawapres nomor urut 3, Ganjar Pranowo-Mahfud MD, menghimpun 27.040.878 suara.
Meski sudah unggul dalam perolehan suara, Prabowo belum bisa bernapas lega. Pasalnya kubu 01 dan kubu 03 melayangkan gugatan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) Pilpres 2024 ke MK.
Apa yang terjadi? Senin, 22 April 2024, tibalah pembacaan keputusan PHPU 2024 oleh Majelis Hakim MK. Meskipun tiga hakim MK menyatakan dissenting opinion, namun lima hakim lainnya sepakat menolak gugatan dari kubu 01 dan 03. Keputusan MK tersebut bersifat final.
Mengacu kepada keputusan MK tersebut, Ketua Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia (KPU RI), Hasyim Asy’ari bersiap-siap mengumumkan penetapan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka sebagai presiden dan wakil presiden RI, pada Rabu, 24 April 2024.
Akhirnya, perjuangan Prabowo setelah satu kali gagal untuk menduduki kursi wapres, dan dua kali gagal menjadi orang nomor 1 di Indonesia terwujud setelah bertanding kembali di Pilpres 2024. (Rief)
