Ditemui di lokasi kegiatan RI-1, Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi mengungkapkan apresiasinya kepada Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop UKM) atas inisiasinya sejak lama, sehingga dapat terwujud pabrik minyak makan merah ini.
“Setahun lalu, kita semua diundang ke sini untuk melihat secara langsung, sampai ada miniaturnya. Hari ini bisa terwujud. Ini tahu nggak kerennya apa, kerennya nanti petani itu yang menikmati. Kalau ini bentuknya koperasi dan Pak Teten (Menkop UKM) sudah siapkan. Jadi petani bisa menikmati keuntungannya, tidak hanya jual TBS (Tandan Buah Segar) saja,” ungkap Arief.
“Pak Teten tadi sampaikan akan bangun 10 pabrik lagi. Nah kalau sudah seperti itu, berarti nanti minyak utamanya minyak makan, nanti harganya bisa semakin baik. Saya minta tolong juga agar ini nanti harganya (minyak makan merah) kalau boleh lebih murah dari MinyaKita. Lalu yang harus dijual adalah kelebihannya, yaitu kandungan vitamin A dan E yang lebih tinggi,” ucapnya.
“Bapak Presiden tadi juga meyakini harga minyak makan merah bisa lebih murah daripada minyak goreng lain di pasaran, sehingga nanti bisa kompetitif. Setelah ini, kami di Badan Pangan Nasional tentunya bersama Bulog dan ID FOOD, pokoknya Pak Teten (produksi) berapa saja, nanti kita bantu jualkan,” tandas Arief.
Menkop UKM Teten Masduki pun sepakat bahwa minyak makan merah ini dapat menjadi bahan pangan yang tepat untuk penanganan stunting.
“(Minyak makan merah) ini akan memperbaiki suplai minyak makan tambah serat, jadi ada banyak pilihan. Ini (sesuai) untuk stunting, (karena) yang sulit itu kan terkait dengan pola hidup. (Masyarakat itu) segala macam kan digoreng,” ujarnya.
“Nah intervensinya yang paling bagus untuk meningkatkan gizi lewat minyak. Makannya (gunakan) yang minyak gorengnya yang bergizi dan ini sudah memenuhi syarat. Saya sampaikan ke Pak Hasto dan sudah setuju,” pungkasnya. (Gio)