Jakarta, ebcmedia – Kabar mengejutkan datang dari sektor ritel bahan bakar di Indonesia. Shell Indonesia dikabarkan berencana menutup seluruh jaringan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) miliknya. Informasi ini mencuat setelah Ketua Komite Investasi Asosiasi Perusahaan Minyak dan Gas Nasional (Aspermigas), Moshe Rizal, mengungkapkan bahwa persaingan di sektor ini semakin sulit bagi pemain asing, terutama karena dominasi Pertamina.
“Mayoritas pasar SPBU dikuasai Pertamina. Saya tidak heran kalau Shell kesulitan berkembang. Kompetisi di sini sangat berat,” ujar Moshe, dikutip dari Liputan6.com
Kondisi ini membuat posisi Shell dalam bisnis ritel BBM menjadi kurang kompetitif dibandingkan dengan perusahaan milik negara tersebut.
Selain itu, Shell di tingkat global tampaknya memang menggeser fokus bisnisnya dari sektor hilir ke sektor hulu, termasuk mengurangi operasi di Asia Tenggara. Langkah ini sejalan dengan strategi global Shell untuk mengurangi emisi karbon sambil tetap mempertahankan profitabilitasnya.
Di tingkat global, Shell Plc memang sedang mengurangi fokus pada lini hilir (downstream) dan lebih memilih untuk meningkatkan investasi di lini hulu (upstream). Langkah ini bertujuan untuk mengurangi intensitas karbon dioksida (CO2) dalam proses produksi mereka, yang merupakan bagian dari inisiatif iklim global yang diikuti oleh Shell.
Meski menghadapi tantangan besar di sektor SPBU, Shell masih menunjukkan komitmen di Indonesia dengan membangun pabrik grease (gemuk) pertama di Marunda, Bekasi. Fasilitas ini akan melengkapi pabrik pelumas yang telah ada sebelumnya, dengan kapasitas produksi mencapai 12 juta liter per tahun.
“Proyek ini menegaskan komitmen kami untuk memenuhi kebutuhan pelanggan yang terus berubah,” ungkap Jason Wong, Global Executive Vice President Shell Lubricants.
Pabrik ini akan memproduksi pelumas premium seperti Shell Gadus®, yang digunakan di berbagai sektor industri, termasuk manufaktur, konstruksi, dan pertambangan.
(Dhii)