Jakarta, ebcmedia – Pengamat politik Citra Institute, Efriza menanggapi adanya kabar reshuffle pertama di Kabinet Indonesia Maju (KIM) pada Rabu (19/2/2025).
Ia mengingatkan jangan sampai menteri yang diganti hanya yang bermasalah secara manajemen kepemimpinannya saja, bukan yang bermasalah secara kebijakan.
“Jangan sampai pergantian para menteri hanya menteri memang bermasalah dengan manajemen pengelolaan lembaganya dan kepemimpinannya semata, seperti Menteri Satryo (Mendiktisaintek). Namun beberapa menteri yang dirasakan publik tidak berkinerja maksimal, kebijakan dan komunikasi politiknya tidak bagus, maupun portofolio pribadinya tidak lagi baik seperti sedang ada proses di KPK malah tidak diganti, andai direshuffle hanya digeser saja posisinya,” kata Efriza dikutip dari Liputan6.
Jika berbicara siapa yang layak direshuffle, kata Efriza, peringkat pertama adalah Mendiktisaintek Satryo Soemantri Brodjonegoro. Alasannya, karena yang bersangkutan tidak berkinerja baik, kebijakan dan perilakunya malah menghadirkan konflik antara dia dengan para pegawainya, juga tidak punya kecepatan dalam bekerja pasca-nomenklatur kementeriannya berubah.
“Satryo juga tak ada hasil kinerja nyatanya yang langsung dirasakan untuk dunia pendidikan,” ujarnya.
Efriza melanjutkan, dalam catatannya setidaknya ada tiga nama menteri, setelah Satryo, yang dirasa mengecewakan publik dan patut diganti. Mereka adalah Menteri ESDM Bahlil Lahadalia yang dinilai oleh publik maupun secara politik dinarasikan membuat kebijakan tidak terkoordinasi baik dengan Prabowo, yakni terkait kasus gas elpiji 3 kg.
Berikutnya, Menteri HAM Natalius Pigai yang dirasakan oleh DPR dan publik tidak bisa memberikan jaminan terhadap perlindungan HAM.
“Pigai ketika menjabat sebagai menteri kalah kualitas dirinya ketimbang saat jadi aktivis. Dan yang dinilai lebih menyedihkan ia berbicara anggaran minim Kementerian HAM, padahal keinginan presiden adalah efisiensi anggaran. Situasi ini menjadi pertanyaan publik apa kinerja Pigai menurun karena anggaran kecil? Atau memang ia tidak menggigit lagi sepak terjangnya?” ungkap Efriza.
Ketiga, ia menilai Menteri Koperasi Budi Arie Setiadi juga bermasalah dan layak terkena reshuffle. Sebab secara portofolio, dirinya di era Jokowi dinilai publik tidak punya hasil kinerja memuaskan ketika menjabat Menkominfo dan Wamen Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi. Bahkan disematkan pula istilah “Menteri Giveaway” kepada dirinya.
“Sekarang pun begitu, dari hasil survei ia termasuk menteri layak direshuffle, karena kinerjanya kurang memuaskan ketika menjabat Menteri Koperasi. Di samping itu, yang terjadi ia sedang menjadi saksi dalam kasus judi online di Kemenkomdigi,” pungkasnya.
Sebelumnya diberitakan, Presiden Prabowo Subianto dikabarkan akan melantik sejumlah pejabat sore ini di Istana Negara, Jakarta. Berembus pula informasi adanya reshuffle Kabinet Merah Putih.
“Hari ini, akan ada pelantikan beberapa pejabat. Sore nanti ya,” kata Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya, Rabu (19/2/2025).
Teddy enggan membahas lebih jauh perihal kabar reshuffle kabinet. Jika benar terjadi, maka ini menjadi momen pertama kali pergantian jajaran menteri pilihan Prabowo.
(Red)