Film “Perang Kota” Garapan Sutradara Mouly Surya, Film Perang dengan Jiwa Romansa

oleh -1550 Dilihat
oleh
Foto : Dhii
banner 468x60

Jakarta, ebcmedia –  Setelah world premiere (pemutaran perdana) di International Film Festival Rotterdam pada Februari tahun ini, film perang-drama dari sutradara Mouly Surya, “Perang Kota” (judul internasional “This City Is A Battlefield”) akan segera bisa dinikmati oleh penonton Indonesia pada 30 April 2025 di jaringan bioskop. Menyambut penayangannya, film yang diproduksi bersama Cinesurya, Starvision dan Kaninga Pictures ini merilis official poster keduanya, yang menampilkan tiga tokoh utama film, Chicco Jerikho, Ariel Tatum, dan Jerome Kurnia.

Film Perang Kota sempat tertunda produksinya saat pandemi COVID-19, namun pada tahun 2025 bisa tayang di bioskop Indonesia mulai 30 April.

“Proses produksi film “Perang Kota” dimulai sekitar tahun 2018/2019. Kami sangat antusias dengan proyek ini hingga datang pandemi COVID-19 menyebabkan penundaan yang cukup lama. Namun, berkat pengalaman mengikuti berbagai festival film sebelumnya, kami berhasil mengajukan permohonan dukungan pendanaan ke berbagai platform,” ujar Rama saat acara temu pers pada Senin (24/03/2025) di Metropole XXI Jakarta Pusat.

Film ini diadaptasi dari novel Jalan Tak Ada Ujung karya Mochtar Lubis dan menghadirkan cerita penuh cinta, pengkhianatan, dan pilihan sulit. Dengan aktor seperti Chicco Jerikho, Ariel Tatum, dan Jerome Kurnia, film ini siap menyentuh hati penonton.

Produksi Perang Kota memang penuh tantangan. Produser Rama Adi mengungkapkan bahwa film ini sempat tertunda karena pandemi COVID-19. Namun, berkat pengalaman dan dukungan dari berbagai platform, film ini akhirnya bakal dirilis di bioskop Indonesia pada 30 April 2025.

Penulis dan sutradara “Perang Kota” Mouly Surya mengatakan film ini mengeksplorasi latar sejarah yang kelam pada tahun 1946. Ketika semua orang memekik kata “Merdeka!” sebagai bentuk ekspresi kemerdekaan bangsa, ada kota
yang masih bergejolak dengan perlawanan terhadap penjajah yang tidak menampakkan sebuah kebebasan negara yang sudah merdeka. Pemimpin negara dan banyak masyarakat lainnya meninggalkan ibu kota, dan garis antara benar dan salah
menjadi kabur.

“Tokoh Isa kehilangan banyak hal yang membentuk perannya sebagai laki-laki baik dalam situasi perang dan kehidupan domestik rumah tangganya, baik di ranjang pernikahannya bersama Fatimah maupun sebagai pencari nafkah bagi keluarga. Nilai heroisme Isa menjadi tekanan yang berkelindan di antara pekerjaan dan tanggung jawabnya untuk memberi makan keluarga. Inilah yang dieksplorasi, dengan
karakter-karakter pendukung lainnya seperti seperti Fatimah, seseorang yang bersemangat untuk berjuang, tetapi terpaksa menyerah pada tugasnya sebagai ibu dan istri,” kata sutradara “Perang Kota” Mouly Surya.

Film ini merupakan ko-produksi antara Indonesia, Singapura, Belanda, Prancis, Norwegia, Filipina, dan Kamboja. Dalam ko-produksi tersebut, Mouly pun memanfaatkan berbagai dukungan pendanaan termasuk untuk penggarapan tata suara hingga efek visual.

No More Posts Available.

No more pages to load.