Indonesia-Amerika Serikat  Dorong Pemanfaatan Hidrogen dan Amonia

oleh -1667 Dilihat
oleh
banner 468x60

Jakarta, ebcmedia – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) bersama dengan Kedutaan Besar Amerika Serikat menyelenggarakan Clean Hydrogen and Ammonia Development in Indonesia Seminar. Seminar ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan di bawah Clean Energy Working Group, sesuai dengan kerja sama antara Kementerian ESDM dengan Departemen Perdagangan AS yang ditandatangani Maret 2023 lalu.

Pada sambutannya Direktur Aneka Energi Baru dan Terbarukan (EBT) Andriah Feby Misna, mengungkapkan Indonesia telah menetapkan peta jalan transisi energi menuju Net Zero Emission pada tahun 2060, dengan fokus pada pengembangan energi baru dan terbarukan seperti tenaga surya, air, angin, panas bumi, serta hidrogen dan amonia.

“Hidrogen dan amonia tidak hanya akan dimanfaatkan sebagai energi baru, namun juga sebagai penyimpan dan pembawa energi untuk mengoptimalkan pemanfaatan variabel energi terbarukan dan menghubungkan sumber daya dan permintaan energi,” ujar Feby di Jakarta, Selasa (12/12/2023).

Feby juga mengatakan, Pemerintah Indonesia telah menerbitkan Strategi Hidrogen Nasional untuk memandu para pemangku kepentingan mengenai pemanfaatan hidrogen di masa depan di negara ini. Saat ini Pemerintah juga sedang mempersiapkan Peta Jalan Hidrogen Nasional dengan target rinci dan rencana aksi tahunan hingga tahun 2060.

Pada November 2023 lalu, PT PLN (Persero) baru saja meluncurkan 21 Pabrik Hidrogen Ramah Lingkungan untuk mengakselerasi ekosistem hidrogen di Indonesia. Pasokan listrik pembangkit hidrogen hijau ini berasal dari Solar PV dan Renewable Energy Certificate (REC) sebesar 4,6 MWp Solar PV atau setara dengan 6.780 MWh/tahun dan pasokan REC dari berbagai pembangkit listrik terbarukan sebesar 9.535 MWh REC. Sistem ini dapat menghasilkan 199 ton H2/tahun yang digunakan secara internal sekitar 75 ton/tahun dan kelebihan 124 ton/tahun yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan lain.

“Inisiatif-inisiatif ini menyoroti upaya Indonesia untuk mengeksplorasi berbagai metode produksi hidrogen yang berkelanjutan. Kami bermaksud mengembangkan ekosistem hidrogen yang komprehensif, yang tidak hanya mencakup produksi, namun juga penyimpanan, transportasi, dan pemanfaatan,” ujar Feby.

Dengan penggunaan hidrogen dan amonia yang luas, Indonesia bertujuan untuk menjadi pemain kunci di pasar hidrogen global, dan memposisikan diri sebagai pusat hidrogen regional. 

“Kami yakin, dengan dukungan negara-negara mitra seperti Amerika Serikat dalam mempersiapkan ekosistem hidrogen yang kompetitif, Indonesia dapat berhasil mencapai visinya menjadi pusat hidrogen global,” tandasnya.

Seminar hidrogen ini menandai langkah pertama dalam potensi kegiatan kolaborasi Kelompok Kerja Energi Bersih Indonesia-AS. 

“Saya ingin menyampaikan penghargaan saya kepada tim Kedutaan Besar AS yang telah bermitra dengan kami dalam seminar ini. Saya yakin, kerja sama yang kuat dan solid antara Indonesia dan AS dapat membantu mempercepat transisi energi dan mencapai target Net Zero Emission Indonesia,” pungkas Feby.

Commercial Attache Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta Melissa Marszalek juga menambahkan, bahwa seminar ini dapat memberikan peluang penting untuk kolaborasi komersial. 

“Kemitraan yang kuat antara sektor swasta di kedua negara dalam teknologi mutakhir sangatlah penting untuk menyediakan energi ramah lingkungan,” ungkap Marszalek.

Saat ini hidrogen telah dimanfaatkan di Indonesia pada sektor industri, terutama sebagai bahan baku pupuk. Konsumsi hidrogen di Indonesia saat ini berkisar 1,75 juta ton per tahun, sesuai dengan Laporan IEA tahun 2022, dengan pemanfaatan didominasi oleh urea (88%), amonia (4%), dan kilang minyak (2%). Diharapkan ke depannya pemanfaatan Hidrogen dan Amonia di Indonesia dapat terus berkembang sehingga dapat membantu untuk mengurangi ketergantungannya terhadap bahan bakar fosil. (Gio)

No More Posts Available.

No more pages to load.