Jakarta, ebcmedia – Kontribusi bidang kesehatan untuk kemajuan bangsa dan negara, dengan terus bekerja dan berkarya lebih baik lagi tetap dibarengi filosofi dan konsep dasar Kepemimpinan. Implementasi sifat-sifat kepemimpinan dalam praktik kepemimpinan nasional mewujudkan terciptanya pembangunan kesehatan.
“Saya tidak menunjuk (menyebutkan) satu nama (pemimpin), (jangan) seolah-olah (figur kepemimpinan) menjadi pandangan politik saya. Tapi kita sebagai rakyat, hidupnya semakin terjamin. salah satunya, pemimpin nasional bisa memajukan bidang kesehatan, yang memang harus kita tuju,” salah satu maestro bedah saraf Indonesia, Prof Satyanegara mengatakan kepada Redaksi.
Disela-sela kesibukannya beraktivitas di berbagai rumah sakit di Indonesia, Satyanegara merasa perlu memikirkan kepemimpinan, terutama yang bisa memajukan pembangunan di bidang kesehatan. Ilmu saraf sudah sangat menyatu pada kesehariannya.
Seiring dengan itu, ia melihat urgensi agar kesehatan masyarakat semakin terjamin. Sesuatu yang paling penting adalah kesehatan masyarakat, (sebagai) kebutuhan nomor satu. Pemimpin nasional terus meningkatkan kemampuan, keahlian, pendidikan rakyat.
“Presiden Jokowi (Presiden RI Joko Widodo), dengan dua kartu (yang dikeluarkan oleh bank penyalur bagi masyarakat penerima bantuan) untuk perluasan akses Kesehatan masyarakat, sangat tepat. Ada Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) dan Kartu Indonesia Sehat (KIS),” kata Satyanegara saat ditemui di Rumah Sakit Satya Negara Sunter.
Terkait dengan pembangunan kesehatan yang penting, para ahli terus mempelajari, salah satunya mengenai genomics . Keilmuan yang merupakan cabang biologi, yang mempelajari genom dari suatu organisme atau virus.
Genomics sebagai cabang genetika apabila dilihat secara historik, meskipun dalam genomics digunakan banyak metode yang berasal dari cabang biologi lain, seperti bioinformatika dan biologi molekuler.
“Kalau ilmu genomics sudah maju significant, ilmu hukumnya ( hukum kesehatan) juga mendampingi. (dipelajari, kegiatan research) secara khusus. Penerapannya, misalkan pasangan sebelum menikah. Gen (calon suami/istri) dicek. Kalau gen begini, menjadi (beresiko) muncul penyakit apa?,” kata Satyanegara.
Genomics tidak mungkin berdiri sebagai cabang ilmu tanpa bantuan bioinformatika karena objek kajiannya sangat besar (urutan basa nitrogen) dan memerlukan manajemen data yang rumit.
Termasuk yang dikaji adalah struktur, organisasi serta fungsinya. Objek kajiannya adalah DNA secara keseluruhan maupun sebagian (gen).
“Sekarang ini, semua penyakit yang hubungan dengan otak seperti parkinson, alzheimer, penyakit jiwa, dianggap ada kelainan di dalam gen. genomics nya, sehingga memproduksi sesuatu yang kurang sempurna atau berlebihan sampai akhirnya mengganggu fungsi-fungsi yang begitu jelimet,” kata Satyanegara.*** Liu/SR