Jakarta,ebcmedia-Gubernur Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara, H. Ali Mazi, S.H., mengatakan, nilai ekspor yang tinggi sebagai dampak hilirisasi nikel ternyata belum berdampak banyak pada perekonomian Sultra. Dia pun memberikan rekomendasi agar pengelolaan bijih nikel ikut memberikan multiplier effect.
Gubernur Ali Mazi menginformasikan, pemerintah pusat resmi melarang ekspor bijih mineral nikel sejak Januari 2020, dan fokus pada hilirisasi. Smelter nikel yang produksi di Sulawesi Tenggara antara lain milik PT Antam Tbk kapasitas produksi FeNi 27.000 mt per tahun, PT Virtue Dragon Nickel Industry (VDNI) kapasitas produksi NPI 1.000.000 mt per tahun, dan PT Obsidian Stainless Steel (OSS) dengan kapasitas produksi NPI 2.300.000-3.000.000 mt per tahun. Kapasitas produksi ini berdasarkan laporan perusahaan tahun 2022.
Ali Mazi menyampaikan, kontribusi hilirisasi nikel terhadap devisa ekspor Sultra, berdasarkan Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC) Kendari per Agustus 2022, dari PT Obsidian Stainless Steel sebesar US$ 3.272.308.407 dengan volume ekspor 2.040.389.400 kg, PT Virtue Dragon Nickel Industry US$ 1.392.324.370 dengan volume ekspor 469.958.641 kg, dan PT Antam Tbk devisanya sebesar US$ 36.047.478 dengan volume ekspor 9.312.183 kg.