Harita Nickel merupakan perusahaan tambang dan pengolahan bijih nikel terintegrasi dari upstream hingga midstream. Hasil tambang saprolite diproduksi menjadi feronikel, dan limonite menjadi MHP, nickel sulphate dan cobalt sulphate.
Proses panjang dilalui Harita hingga menjadi sebuah holding dari beberapa anak usaha, salah satunya Harita Nickel.
Harita Nickel merupakan bagian Harita Group yang secara keseluruhan sudah beroperasi di Indonesia lebih dari 100 tahun. Keluarga yang mengelola Harita Group saat ini merupakan generasi ketiga.
Chief Execuitive Officer (CEO) Harita Nickel, Roy Arman Arfandy menuturkan, generasi pertama memulai usaha toko kelontong di Indonesia. Kemudian, anaknya melanjutkan bisnis orangtuanya dengan merambah sektor industri, seperti timber dan plywood. Sementara generasi ketiga mulai mengembangkan bisnis keluarga dalam skala lebih luas, seperti mulai masuk ke perkebunan sawit, pertambangan, dan bisnis lainnya.
“Dari industri pertambangan, Harita masuk ke industri nikel dengan mengakuisi tambang di Pulau Obi, Maluku Utara,” kata pria yang akrab disapa Roy di Podcast Ajaib Investasi.
Tambang tersebut memiliki cadangan nikel sangat potensial, Harita Nickel telah membuat rencana bisnis akan mengekspor nikel ore ke luar negeri. Saat itu, sekitar tahun 2007 hingga 2010 belum ada larangan ekspor nikel ore dari Pemerintah Indonesia.
Ketika ada peraturan larangan ekspor nikel ore dari pemerintah, Harita Nickel kembali membuat konsep bisnis, yakni tetap mengembangkan nikel sambil perlahan-lahan membangun industri hilirisasi.
“Harita Nickel merupakan salah satu pioneer dalam industri hilirisasi nikel. Harita Nikcel mulai membangun smelter berteknologi Rotary Klin Electric Furnace (RKEF) yang memproduksi feronikel sejak tahun 2014 dan mulai berproduksi di awal 2017,” pungkas Roy.
Ia menjelaskan, feronikel merupakan produk setengah jadi bijih nikel kadar tinggi atau saprolite yang diolah di smelter. Feronikel merupakan bahan baku stainless steel.
Setelah muncul larangan ekspor nikel ore, Harita Nickel memutuskan masuk ke industri hilirisasi lebih lanjut. Perseroan mencoba memproses produk-produk turunan nikel yang lain, yakni mengolah nikel kadar rendah atau limonite menjadi produk bahan baku untuk baterai kendaraan listrik.
Keputusan Harita Nickel sejalan dengan program energi hijau yang sedang digaungkan Pemerintah Indonesia untuk mewujudkan net zero emissions tahun 2060.
Roy menyatakan, Harita Nickel adalah perusahaan pertama di Indonesia yang memproduksi Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) berasal dari limonite, yang sebelumnya tidak digunakan. MHP diolah menggunakan teknologi High Pressure Acid Leach (HPAL).
Setelah menjadi MHP, lanjut Roy, kemudian dilakukan proses lanjutan menjadi nickel sulphate dan cobalt sulphate. Semua proses tersebut dikerjakan di industri hilirisasi Harita Nickel di Pulai Obi, yang berproduksi secara komersil sejak 2021.
“Harita Nickel merupakan produsen nickel sulphate dan cobalt sulphate terbesar di dunia. Nickel sulphate dan cobalt sulphate merupakan bahan baku utama komponen baterai kendaraan listrik,” jelasnya.
Penghargaan
Pada akhir November 2023, Perseroan memiliki estimasi cadangan bijih nikel sekitar 302 juta wmt. Dengan melakukan eksplorasi lebih lanjut pada 4 tambang yang dimiliki, yaitu PT Obi Anugerah Mineral, PT Jikodolong Mega Pertiwi, PT Karya Tambang Sentosa, dan PT Gane Tambang Sentosa, cadangan bijih nikel yang dibutuhkan oleh anak usaha Harita Nickel akan meningkat.
Dedikasi Harita Nickel dalam menjalankan roda bisnis di tambang nikel mendapat apresiasi dari pemerintah. Tiga perusahaan entitas Harita Nickel didaulat anugerah Sertifikat Emas atau penghargaan tertinggi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dari Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) RI dengan predikat memuaskan.
Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia (Kemnaker) RI memberikan penghargaan kepada PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel atas komitmen yang sangat baik terhadap penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). Penghargaan diberikan bagi perusahaan dan para gubernur selaku pembina K3 di Jakarta, pada 22 Juni 2023.
Tidak tanggung-tanggung, tiga perusahaan entitas NCKL sekaligus berhasil mendapatkan Sertifikat Emas atau penghargaan tertinggi K3 dari Kemnaker dengan predikat memuaskan. Ketiganya adalah PT Megah Surya Pertiwi (MSP), PT Halmahera Persada Lygend (HPL), PT Halmahera Jaya Feronikel (HJF).
Penghargaan ini sekaligus merupakan pengakuan Kemenaker RI atas dedikasi dan kerja keras perusahaan untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat bagi karyawan.
Direktur Health, Safety, Environment (HSE) NCKL, Tonny H. Gultom, menyampaikan terima kasih kepada Kemnaker RI atas penghargaan ini, serta semua pihak yang telah memberikan dukungan dan kontribusi penting dalam perjalanan Harita Nickel.

“Ini adalah pengakuan atas dedikasi, komitmen dan kerja keras insan Harita dalam mencapai standar keselamatan dan kesehatan kerja yang tinggi, karena hal tersebut merupakan prioritas utama kami. Untuk itu, kami senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman, sehat, dan berkelanjutan,” kata Tonny H. Gultom.
Tonny menyampaikan, MSP, HPL, dan HJF merupakan pabrik pengolahan nikel pertama di Maluku Utara yang melakukan Sertifikasi SMK3. Hasil audit Lembaga Audit Independen menunjukkan pencapaian sebesar 85,93% (MSP), 87,5% (HPL) dan yang tertinggi sebesar 89,6% untuk HJF.
Ia mengutarakan, Harita Nickel telah meraih sertifikasi ISO 14001:2015 dan ISO 45001:2018. Pencapaian penting ini menandai komitmen Harita Nickel terhadap praktik manajemen lingkungan dan kesehatan serta keselamatan operasional yang berstandar dunia.
Tonny menjabarkan, sertifikasi ISO 14001:2015, Harita Nickel fokus pada efektivitas sistem manajemen lingkungan. Hal ini menegaskan komitmen Harita Nickel selama ini dalam mengimplementasikan praktik yang berkelanjutan dan bertanggung jawab terhadap lingkungan. Sertifikasi ini mencakup aspek penting seperti evaluasi risiko lingkungan, pemenuhan peraturan, dan peningkatan berkelanjutan.
Sementara sertifikasi ISO 45001:2018, Harita Nickel sudah menerapkan standar tinggi dalam manajemen kesehatan dan keselamatan kerja, sekaligus menegaskan pendekatan proaktif dalam menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat bagi semua karyawannya. Sertifikasi ini menuntut adanya proses yang konsisten dalam mengidentifikasi bahaya, mengurangi risiko, dan mencegah cedera serta masalah kesehatan di tempat kerja.
Untuk memperoleh sertifikasi ISO 14001:2015 dan ISO 45001:2018, Harita Nickel menjalani serangkaian kegiatan audit yang dilakukan oleh auditor berkelas internasional, SGS Indonesia. (Ika/Rief)