Jakarta, ebcmedia – Brand kedai kopi asal Jepang, % Arabica, untuk pertama kalinya membuka cabang di luar Jakarta. Memilih lokasi di The Breeze BSD, Kabupaten Tangerang, outlet ke-8 di Indonesia itu hadir mengusung konsep ‘hijau’.
Konsep tersebut diwujudkan dengan penggunaan material kaca di interior dan eksterior kedai kopi. Tujuannya agar sinar matahari bebas keluar masuk ruangan dan biaya listrik bisa ditekan karena penggunaan lampu yang minimal.

“Kami mempertahankan pencahayaan alami, jadi bisa meminimalisir penggunaan lampu,” kata Astrid Kusumadewi, Chief Strategy Officer % Arabica dikutip dari Liputan6.com
Hal itu sejalan dengan visi dan misi % Arabica yang mengedepankan keberlangsungan lingkungan, setiap outlet tersebut berada.
“Kami melihat BSD City ini sesuai dengan visi kami tentang lingkungan, seperti terpeliharanya pohon, gaya hidup sehat komunitasnya, juga gaya bangunan yang mengedepankan ramah lingkungan,” kata Astrid.
Didesain oleh kolaborator langganan, Nomura 10, gerai seluas 238 meter persegi itu terdiri dari dua lantai, menawarkan sebuah paduan area duduk di dalam dan luar ruangan yang cantik. Di area dalam, pengunjung bakal merasa sedang menyatu dengan alam karena penempatan desain berkonsep seperti air jatuh yang terbuat dari kayu.
Dengan dinding mayoritas kaca, pengunjung juga bisa leluasa memandang ke sekeliling yang rimbun pepohonannya.
Penggunaan kaca juga memberikan kesan lapang sekaligus estetis. Walau dirancang ramah lingkungan. kedai tetap menggunakan pendingin ruangan demi kenyamanan pelanggan.
Dilansir dari laman Liputan6.com Astrid mengklaim pihaknya sedari awal sudah melaksanakan upaya ramah lingkungan untuk keberlangsungan bumi. Langkah tersebut sudah dilakukan sejak 2021 yang dimulai dengan komitmen pembangunan hijau.
Keputusan % Arabica membuka gerai di mal itu juga tak lepas dari prinsip open air yang dipegang pengelola pusat perbelanjaan. Prinsip itu memungkinkan matahari dan sirkulasi udara bergerak baik mendampingi aktivitas pengunjungnya.
“Bahkan saat kita datang ke sini, mau buka toko, dimohon untuk tidak menebang pohon. Jadi dari situ kita tahu ada komitmen penghijauan, makanya kita mau,” paparnya.
Upaya sadar lingkungan lainnya adalah beralih dari cup plastik menjadi pengguna paper cup. Walau begitu, paper cup sebenarnya masih dipertanyakan sebagai solusi terbaik pengurangan sampah plastik mengingat wadah itu sebenarnya masih menggunakan plastik sebagai pelapis bagian dalam.
Mengutip laman resmi University of Gothenburg, Minggu, 10 November 2024, riset yang dilakukan para peneliti kampus tersebut menunjukkan bahwa gelas kertas yang dibuang di alam juga bisa merusak lingkungan karena mengandung bahan kimia beracun.
“Kami meninggalkan gelas kertas dan gelas plastik di sedimen basah dan air selama beberapa minggu dan mengamati bagaimana bahan kimia yang terlarut mempengaruhi larva. Semua mug berdampak negatif terhadap pertumbuhan jentik nyamuk,” kata Bethanie Carney Almroth, profesor ilmu lingkungan di Departemen Biologi dan Ilmu Lingkungan di Universitas Gothenburg pada Agustus 2023.
(Red)