Penjualan Briket Tidak Terpengaruh Perang Sudan

oleh -1030 Dilihat
oleh
banner 468x60

Jakarta,ebcmedia – Perang saudara yang masih terus berlanjut di Sudan sampai hari ini belum berpengaruh pada pemasaran produk arang briket (dari batok/tempurung kelapa) kendatipun briket digunakan untuk shisha atau hookah yakni metode merokok yang berasal dari Timur Tengah.

Hal tersebut dikatakan Ketua Perkumpulan Pengusaha Arang Kelapa Indonesia (PERPAKI) Asep Mulyana kepada Redaksi, Sabtu (29/4/2023).

“Sudan bertetangga dengan Timur Tengah, tapi mereka perang saudara, bukan (perang) dengan negara tetangga. Sampai saat ini, (perang) tidak berpengaruh. Sebagian besar negara di Afrika menggunakan arang kayu karena GDP (pendapatan nasional) Afrika sangat rendah,” ujarnya.

Menurutnyan beberapa tahun belakangan ini, shisha semakin menjadi kebiasaan merokok di berbagai negara terutama di Timur Tengah. Sebagaimana, para imigran Timur Tengah membawa tradisi shisha ke negara-negara mereka menetap, di Eropah.

Salah satunya, Jerman yang menjadi pasar terbesar di Eropah yang impor arang briket Indonesia.

“ada 12 ribu café shisha di Jerman. Para penggemarnya berasal dari Turki, Irak. Mereka, imigran yang memopulerkan Shisha di Eropa, terutama Jerman,” kata Asep Mulyana melalui sambungan telepon.

Produsen arang briket terbesar di Indonesia, yakni PT TOM Cococha di Bogor, Jawa Barat tidak mengandalkan ekspor briket untuk barbeque.

Karena perusahaan juga pasti mempertimbangkan keuntungan yang lebih besar dari ekspor, yakni briket untuk shisha. Sehingga perusahaan ekspor briket dengan harga premium, yang lebih mahal untuk ekspor.

“(Anggota PERPAKI) tidak terlalu berharap (ekspor) briket untuk barbeque. Selain, briket yang terbaik yang menggunakan arang tempurung dari Indonesia. Ini anugerah Tuhan, kita patut mensyukuri. Batok kelapa dari Thailand, India, Sri Lanka, (arangnya) tidak cocok untuk shisha,” kata Asep Mulyana. *** Liu/Sr.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

No More Posts Available.

No more pages to load.