Jakarta, ebcmedia – Politikus PDIP sekaligus anggota Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar Pranowo-Mahfuf MD, Charles menilai program 1 Desa 1 Puskesmas 1 Nakes dari Paslon nomor urut 3 itu program yang realistis.
Menurutnya, kesehatan merupakan hak konstitusional setiap warga negara. Dengan dipersiapkannya pelayanan dan tenaga kesehatan yang mumpuni dinilai dapat meningkatkan derajat hidup rakyat Indonesia.
“Program Ganjar-Mahfud: 1 Desa 1 Puskesmas 1 Nakes adalah program realistis yang tidak bisa ditawar demi pemenuhan hak konstitusional warga negara atas pelayanan kesehatan, yang pada akhirnya dapat menaikkan derajat hidup manusia Indonesia. Supaya setiap warga negara Indonesia tanpa terkecuali bisa menikmati sepenuhnya kehidupan sebagai manusia,” kata Charles kepada wartawan di Jakarta, Jumat (5/1/2024).
Charles menambahkan, kesehatan adalah hal paling utama di atas segalanya. Ia bahkan menyinggung soal pendidikan gratis, makan gratis, bansos gratis yang banyak dicanangkan. Menurutnya hal itu tidak akan berjalan apabila warga Indonesia masih dihadapi dengan isu ketimpangan pelayanan kesehatan.
“Apalah artinya pendidikan gratis, makan gratis, bansos gratis, kalau warga negara negara sebagai penerimanya tidak sehat, akibat ketimpangan pelayanan kesehatan yang terjadi di Indonesia saat ini,” jelasnya.
Ia juga membahas soal jumlah dokter di Indonesia yang masih kurang apabila mengacu pada standar WHO. Di mana menurut WHO dengan jumlah penduduk 278,8 juta jiwa, Indonesia seharusnya memiliki 278.700 dokter umum (rasio 1 dokter umum: 1.000 penduduk).
“Menurut data Kemenkes per Juni 2023, jumlah dokter umum di Indonesia sebanyak 159.977 atau masih kurang 118.000-an dokter umum jika mengacu standar WHO,” sambungnya.
Selain jumlah dokter yang tidak memenuhi standar, ketimpangan pelayanan kesehatan juga dirasakan dengan jumlah puskesmas yang sedikit dibandingkan dengan geografis Indonesia yang sangat luas. Menurutnya saat ini Indonesia hanya memiliki sekitar 10.435 unit di seluruh Indonesia.
“Dengan kondisi geografis Indonesia yang luas dan beraneka ragam, jumlah tersebut masih jauh dari minimal. Bayangkan jika ada orang yang sakit kritis di sebuah desa daerah kepulauan, masak harus menunggu kapal untuk berobat ke puskesmas di ibukota kecamatan yang berbeda pulau,” paparnya. (Dian)